Jum'at, 28/06/2019 12:35 WIB
Jurnas.com - Terkadang tidak semua anak bisa mengerti dan memahami tentang perpisahan kedua orang tuanya. Sehingga dibutuhkan waktu yang tepat untuk menyampaikan kepada anak tentang peristiwa perpisahan yang menimpa orangtua.
Ada dua kategori orang tua dalam penyampaian tentang perpisahan orang tua kepada anak:
1. Terang-terangan mengungkapkan kepada anak tentang kondisi perpisahan kedua orang tua dan tidak memperdulikan bagaimana kondisi anak setelah mendengar informasi yang telah disampaikan.
2. Takut untuk bersikap jujur kepada anak, sehingga menutup-nutupi perpisahan keduanya. Berusaha menutupi karena takut psikis anak terganggu dan anak menjadi stres.
Malang Heboh Ada Orang Tua Lupa Tinggalkan Anaknya di Outlet Oleh-Oleh Teuku Wisnu
Kelas Orang Tua Hebat BKKBN, Tingkatkan Pemahaman Pengasuhan Bayi Prematur
Percepat Penurunan Stunting, BKKBN Buka Kelas Tips jadi Orang Tua Hebat
Dua kategori orang tua tersebut sebenarnya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, ada cara penyampaian yang bisa dijadikan pedoman orang tua untuk menyampaikan perihal broken home kepada anak seperti yang disampaikan oleh pakar psikolog keluarga, Tara de Thouars, BA, M.Psi.
“Jelaskan kepada anak, papa dan mama sudah tidak bisa bareng nih. Soalnya kalau papa mama bareng, takutnya malah berantem.” Kalimat seperti ini sudah cukup sederhana untuk mengetest sejauh mana kemampuan daya pikir anak terhadap perkataan orang tuanya.
Orang tua sebaiknya jujur apa adanya dan hindari anak membenci salah satu orang tua akibat broken home. Berikan pemahaman penuh kepada anak secara perlahan-lahan dan hindari untuk mengucapkan kata seperti ini kepada anak “Papa dan mama akan bercerai, jadi kamu mau ikut sama mama atau papa?”
Terkadang orang tua tidak perlu memulai duluan, tetapi tanyakan langsung kepada anak misalnya “Kalau kamu lihat papa dan mama seperti apa?” Jangan sampai kita sebagai orang tua menjelaskan sesuatu yang si anak tidak mengerti atau tidak paham.
Keyword : Orang Tua Kondisi Perceraian