Tokoh Agama se-Afrika Menentang Sunat Perempuan

Rabu, 19/06/2019 08:01 WIB

Dakar, Jurnas.com - Para tokoh agama di Afrika sepakat menentang praktik mutilasi alat kelamin perempuan, atau yang kerap dikenal dengan sunat perempuan.

Sunat perempuan menurut kesimpulan para tokoh agama yang berkumpul dalam konferensi internasional di Dakar, pada Selasa (18/6) kemarin, merupakan praktik yang berbahaya.

"(juga) merupakan serangan fisik pada integritas fisik perempuan," kata imam besar Senegal, Abdou Aziz Kane kepada AFP.

Para peserta juga sepakat bahwa para pemimpin agama memiliki peran sentral dalam menghilangkan sunat perempuan, serta pernikahan anak yang selama ini menjadi tradisi di seluruh Afrika.

"Agama masih menjadi masalah besar di lapangan, karena orang-orang percaya bahwa praktik itu adalah kewajiban agama. Saya yakin KTT ini akan membawa perubahan dan membuat kita lebih maju," ujar koordinator Safe Hands for Girls asal Gambia, Lisa Camara.

Tingkat sunat perempuan berusia di bawah 14 tahun di sebagian besar wilayah Afrika memang telah menurun tajam dalam tiga dekade terakhir, menurut laporan yang diterbitkan pada November lalu.

Ritual yang memotong atau menghilangkan klitoris perempuan itu dikecam oleh pendukung Hak Asasi Manusia, karena dapat menyebabkan sejumlah komplikasi fisik, psikologis, dan seksual.

Kendati demikian, sunat perempuan masih subur di beberapa bagian Afrika, Timur Tengah, termasuk juga Indonesia, lantaran dianggap sebagai bagian dari praktik keagamaan.

TERKINI
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya di Kasus Narkoba CERI Laporkan Aspidum Kejati Jawa Timur ke Jaksa Agung Atas Dugaan Ini Gelora Cap PKS sebagai Pengadu Domba: Tolak Gabung Koalisi Prabowo-Gibran Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa