Praktisi Elvi Diana Dorong Revitalisasi Perbankan

Jum'at, 24/05/2019 00:18 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Praktisi Perbankan Elvi Diana menilai kebijakan perbankan Indonesia selama ini sudah searah denga visi misi Presiden Jokowi.

Bagi Elvi, revitalisasi perbankan harus didorong, walaupun sebenarnya revitalisasi perbankan itu sudah berjalan apalagi Indonesia saat ini sedang menuju revolusi industri 4.0 .

"Nah selain SDM yang perlu dipersiapkan adalah kesiapan infrastruktur digital, serta informasi perbankan yang update," kata Elvi Diana dalam diskusi publik bertema Revitalisasi Perbankan Nasional pasca Pilpres`

Dalam diskusi yang digelar di Gedung Joang 45 , Menteng, Jakarta, Kamis (23/5/2019), hadir sejumlah pembicara, yakni Watimpres Sri Adiningsih, Bankir Ahmad Irvan, serta Warektor Unpad Keri Lestari.

Elvi menuturkan, ada fakta bahwa baru 50 persen masyarakat yang benar-benar kenal dengan perbankan dan mengakses perbankan.

"Nah 50 persen masyarakat lainnya ini bukan tidak mengetahui perbankan tapi karena mereka gagap teknologi, atau belum siap dengan revitalisasi perbankan seperti digitalisasi," jelas Elvi Diana.

Terkait digitalisasi, Elvi menegaskan beberapa jenis layanan perbankan sudah sangat baik. Misalnya internet banking, mobile banking, sampai fasilitas lainnya online. Bahkan sekarang untuk kredit sudah ada online namun persyaratannya tetap manual.

"Masyarakat sebenarnya sudah menjalankan aktivitas perbankan itu sendiri. Maka harus disiapkan SDM nya, instrumen teknologinya, produsennya, kebijakannya, usernya siapa, termasuk soal regulasinya. Semua harus disediakan dalam revitalisasi perbankan," jelas Elvi Diana.

Pada kesempatan sama, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih mengatakan Indonesia harus memiliki talenta digital yang berkarakter untuk menghadapi transformasi di era revolusi industri 4.0.

"Pembangunan karakter amat vital. Kemajuan teknologi informasi juga terbukti telah mempengaruhi sikap dan gaya hidup manusia," ujar Sri.

Ia juga menjelaskan, Internet of Things (IoT), smart city, big data dan artificial intelligence (AI) jangan sampai membuat anak bangsa kehilangan pegangan seperti integritas.

"Manusia itu dibangun bukan sebagai tenaga kerja saja, bukan skill saja, bukan kualitas saja, tapi manusia berkarakter dan berbudaya," ujar Sri.

Ia mencontohkan Jepang yang mengembangkan konsep Society 5.0 membangun manusia yang maju, melek teknologi dan hidup serba digital, tapi tetap memegang budaya Jepang terutama integritas. 

Jepang punya skill luar biasa di bidang teknologi digital hingga penerapan AI ke mesin-mesin, tapi kemajuan teknologi tidak membuat mereka dikenal jahat, mencuri, hacking, menyerang orang dan sebagainya. 

"Justru teknologi mereka membantu banyak manusia," jelas Sri Adiningsih.

TERKINI
Terinspirasi Lagu Taylor Swift di TTPD, Charlie Puth Segera Rilis Single `Hero` Tak Mau Punya Anak, Sofia Vergara Lebih Siap Jadi Nenek Raih Nominasi Aktor Terbaik di La La Land, Ryan Gosling Akui Sebuah Penyesalan Gigi Hadid Beri Bocoran Double Date dengan Taylor Swift dan Travis Kelce