Menteri Amran: Tidak Sulit Mengembalikan Kejayaan Rempah

Sabtu, 04/05/2019 11:30 WIB

Belitung, Jurnas.com - Indonesia pernah mengalami masa kejayaan rempah-rempah pada 1902. Seiring berjalannya waktu produksi dan sebaran rempah sedikit mengalami tren penurunan, baik dari perspektif produksi, sebaran dan maupun pasar.

Namun begitu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan bahwa tidak sulit untuk merebut kembali kejayaan rempah saat ini. Apalagi didukung dengan teknologi yang canggih.

"Di mana akar masalahnya? Akar masalahnya adalah pada bibit, teknologi dan membangun semangat petani," terang Amran di sela ekspor komoditas lada biji asal Belitung, di Desa Air Seruk, Kecamatan Sijuk, Belitung, Sabtu (4/5).

Kementan telah mengalokasikan anggarkan untuk bibit senilai 5,5 triliun dalam dua tahun berturut-turut. Khusus Provinsi Bangka Belitung dialokasikan bibit unggul lada dengan rehabilitasinya sebanyak lima ribu hektare.

"Kalau produktivitas bibit biasa hanya 0,7 ton per hektar per tahun, maka bibit unggul kami ini produktivitasnya 2,5 ton per hektare per tahun, bahkan bisa mencapai 3 ton per hektar per tahun," bebernya.

Selain program bantuan bibit unggul, Kementan juga akan memberikan anggaran berdasarkan keunggulan komparatif untuk menghindari penggelapan anggaran.

"Misalnya bantuan lada. Nah nanti kami akan berikan bantuan yang cocok dengan lada. Sentra lada saat ini adalah Luwu, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung," jelas Amran.

Selain keunggulan komparatif, komoditas juga harus kompetitif agar bisa memasuki pasar internasional.

"Kompetitif itu melakukan prosesing agar bisa memasuki pasar internasional. Karena addvelue yang paling besar ada diprosecing. Jadi cara berpikir kita ke depan seperti itu," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menjelaskan dari sistem otomasi perkarantinaan yakni IQFAST, tercatat lalu lintas eksportasi selain karet dan olahan sawit, lada asal Babel telah diterima di 14 negara, di antaranya, Oman, Amerika Serikat, Jepang, Singapore dan lainnya.

"Di tahun 2018 sebanyak 163 frekwensi Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phyosanitary Certificate yang diterbitkan di Pangkalpinang. Surat ini sebagai persyaratan negara mitra dagang dan telah menyertai ekspor 2.601 ton lada dengan nilai ekonomi Rp156 miliar ke 14 negara tujuan," katanya.

Untuk periode Januari hingg April 2019, telah tercatat 68 kali eksportasi dengan total 638 ton senilai Rp38,2 miliar. Trennya meningkat, sehingga diharapkan produksi ke depan bisa lebih meningkat.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Komisi I DPR: Pemerintah Perlu Dialog Multilateral Redam Konflik di Timur Tengah Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios