Pendiri WikiLeaks Jadi Korban Pemerasan

Rabu, 10/04/2019 21:50 WIB

London, Jurnas.com - Pendiri WikiLeaks Julian Assange dikabarkan telah menjadi subyek operasi mata-mata canggih di kedutaan Ekuador, tempat di mana ia bersembunyi sejak 2012.

Dilansir dari Reuters, WikiLeaks mengatakan sebuah kelompok di Spanyol mengancam akan merilis video, audio, foto, salinan dokumen hukum pribadi, dan bahkan laporan medis, kecuali mereka dibayar 3 juta euro atau US$ 3,4 juta.

Kristinn Hrafnsson, pemimpin redaksi WikiLeaks, menyebut telah bertemu dengan anggota kelompok yang menjual materi, sementara polisi Spanyol sekarang sedang menyelidiki kasus ini.

“Pemerasan merupakan masalah yang sangat serius, tetapi yang jauh lebih penting bagi saya adalah pengumpulan materi dan memata-matai Julian Assange, seseorang yang diberi suaka,” kata Hrafnsson kepada awak media pada Rabu (10/4).

Hubungan Assange dengan tuan rumahnya telah mereda sejak Ekuador menuduhnya membocorkan informasi tentang kehidupan pribadi Presiden Lenin Moreno. Moreno mengatakan Assange telah melanggar persyaratan suaka.

Bagi sebagian orang, Assange adalah pahlawan karena mengungkap apa yang dicap pendukung sebagai penyalahgunaan kekuasaan oleh negara-negara modern, dan untuk memperjuangkan kebebasan berbicara.

Namun bagi yang lain, dia adalah pemberontak berbahaya yang telah merusak keamanan Amerika Serikat (AS).

Hrafnsson mengatakan upaya untuk mengusir Assange dari kedutaan telah meningkat. Minggu lalu, WikiLeaks menerima informasi pengusiran dapat terjadi dalam beberapa jam atau hari.

TERKINI
DPR Minta Jepang Ajarkan Smart Farming ke Petani Muda Indonesia MU Belum Rela Berpisah dengan Greenwood Gerindra Tegaskan Tak Punya Masalah dengan PKS Haaland Sebut Peran Pep di Balik Quadtrick Kontra Wolves