Sabtu, 06/04/2019 11:51 WIB
Yerusarelam - Dalam memperingati Hari Anak-anak Palestina, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengatakan 98 persen anak-anak yang ditahan mengalami pelecehan psikologis dan/atau fisik saat berada dalam tahanan Israel.
Asosiasi itu mengatakan puluhan anak di bawah umur ditahan otoritas Israel setelah terlebih dahulu ditembak dan dilukai pasukan Israel.
Menurut Komite Urusan Narapidana Palestina yang berbasis di Ramallah, jumlah total warga Palestina yang saat ini dipenjara oleh Israel berjumlah 5.700, termasuk 48 wanita dan 250 anak-anak.
Anak-anak yang tinggal di Yerusalem Timur disebut paling ditargetkan, Asosiasi Tahanan Palestina mengatakan dalam pernyataannya, dengan lusinan yang menghadapi penangkapan lebih dari satu kali dalam sebulan, terutama selama periode ketegangan, seperti protes Bab al-Rahma pada bulan Maret.
Aksi Demo Mahasiswa di AS Tanda Kesadaran Global Israel Negara Penjajah
Diizinkan Rektor, Polisi Tangkap Puluhan Pengunjuk Rasa pro-Palestina di Universitas Columbia
Bentrokan Sengit Melanda Protes atas Perang Gaza dengan Penentangnya di Kampus UCLA
Anak-anak yang ditangkap pada malam hari razia dipindahkan ke pusat-pusat interogasi dan penahanan, di mana mereka menderita pelecehan, termasuk kekurangan makanan atau air selama berjam-jam, menurut asosiasi.
Hak anak-anak untuk memiliki satu orang tua atau wali hadir selama interogasi mereka sering diabaikan, kata LSM itu. Anak-anak sering dipaksa untuk menandatangani pernyataan yang ditulis dalam bahasa Ibrani - bahasa yang tidak bisa mereka baca.
Kondisi tersebut membuat anak-anak yang dibebaskan menderita mimpi buruk, insomnia, penurunan prestasi sekolah dan bereaksi agresif dengan lingkungan dan masyarakat mereka.
Dalam pernyataannya, asosiasi itu mendesak organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional, termasuk agen anak-anak PBB, untuk mengambil "tindakan efektif terhadap pelanggaran yang dilakukan terhadap anak-anak yang ditahan oleh pasukan Israel".
Keyword : IsraelYerusalemPenahan Anak-anak