Kamis, 04/04/2019 20:55 WIB
Chnadigarh, Jurnas.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan 24 helikopter ke India. Penjualn ini bertujuan untuk semakin memperkuat hubungan kedua negara.
"Helikopter yang dibuat oleh Lockheed Martin dirancang untuk mendeteksi dan memburu kapal selam, serta melakukan operasi pencarian dan evakuasi di laut, akan menggantikan armada India buatan Inggris, helikopter Sea King," papar Press Trust of India.
Seperti diketahui awal pekan ini, pemerintahan Trump mengumumkan penjualan helikopter multi-misi MH-60R dengan perkiraan biaya mencapai USD2,6 miliar.
"Penjualan itu akan mendukung kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS, memperkuat hubungan strategis AS-India, dan mewujudkan stabilitas politik, perdamaian, dan kemajuan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik dan Asia Selatan," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Partai pro-Tiongkok Menang Telak dalam Pemilu Maladewa, Menjauh dari India
Manipur di India akan Kembali Gelar Pemilu di 11 Tempat Usai Dilanda Kekerasan
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
“Akuisisi helikopter ini merupakan dorongan yang signifikan bagi kemampuan perang angkatan laut India, terutama dalam upaya mereka untuk mengatasi keberadaan kapal selam Angkatan Laut China yang semakin banyak di Samudera Hindia," jelas pengamat keamanan Sameer Patil.
Sementara itu, analis pertahanan yang bermarkas di Islamabad, Letnan Jenderal Talat Masood, menganggap perkembangan itu membahayakan bagi China dan Pakistan, dua sekutu sekaligus saingan India.
"Sekarang, China dan Pakistan akan datang dengan strategi untuk melawan langkah itu, yang berarti akan semakin memperburuk sengketa di kawasan tersebut," kata dia lagi.
Abdul Khalique Ali, seorang analis politik dan keamanan yang berbasis di Karachi, mendukung pandangan Masood.
"Pakistan secara bertahap telah mengalihkan fokus pertahanan dan keamanannya dari Washington ke Beijing. Perkembangan baru ini akan membawa kedua sekutu lebih dekat karena kesepakatan AS-India menjadi ancaman bagi kedua negara," kata Ali kepada Anadolu Agency.