Amerika Tuding China Lakukan Penindasan Agama

Jum'at, 29/03/2019 11:20 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Duta Besar Amerika untuk kebebasan beragama Sam Brownback mengatakan pemerintah China terlibat dalam penumpasan terhadap kelompok-kelompok agama sama dengan perang terhadap iman.

"Tapi ini perang yang tidak akan mereka menangkan," ujar Brownback dilansir aa.

"Partai Komunis Tiongkok tidak mempercayai rakyat mereka sendiri. Tidak untuk mengizinkan memilih jalan untuk jiwa mereka," tambahnya.

Brownback menunjuk ke kamp-kamp pengasingan untuk minoritas Muslim Uighur, melarang komunitas menamai anak-anak mereka "Mohammed," pembatasan pada umat Buddha Tibet tentang siapa yang dapat mereka hormati, dan penghancuran gereja serta penangkapan para ulama Kristen.

"Tiongkok harus mengakhiri kebijakan kontraproduktif ini, membebaskan semua yang ditahan secara sewenang-wenang dan mengakhiri penindasannya," katanya.

Brownback mengatakan AS telah mengkonfirmasi laporan bahwa beberapa orang Turki ditahan di kamp-kamp tersebut, tetapi tidak memberikan rincian tambahan.

Dalam laporan hak asasi manusia tahunannya, Departemen Luar Negeri merinci dugaan pelanggaran di kamp-kamp Tiongkok seperti penyiksaan, tindakan pengawasan represif, homestay dan layanan paksa daging babi dan alkohol oleh pejabat pemerintah Tiongkok di rumah-rumah Muslim, penyitaan Al-Quran, dan contoh pelecehan seksual dan kematian.

Sekitar 1 juta orang Uighur, etnik Kazakh dan minoritas Muslim lainnya dipenjara dalam kamp "pendidikan ulang politik", menurut pejabat AS dan pakar PBB.

Wilayah Xinjiang China adalah tempat bagi sekitar 13 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh pihak berwenang melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Brownback mengatakan tindakan keras Beijing terhadap kelompok-kelompok agama telah meningkat sejak Partai Komunis Tiongkok mengambil alih peraturan agama dari pemerintah pusat, menyebut represi "lebih keras" setelah partai mengambil kendali.

"Ini adalah hal-hal mengerikan yang sedang terjadi, dan oleh negara yang ingin menjadi pemimpin global," katanya.

TERKINI
Terinspirasi Lagu Taylor Swift di TTPD, Charlie Puth Segera Rilis Single `Hero` Tak Mau Punya Anak, Sofia Vergara Lebih Siap Jadi Nenek Raih Nominasi Aktor Terbaik di La La Land, Ryan Gosling Akui Sebuah Penyesalan Gigi Hadid Beri Bocoran Double Date dengan Taylor Swift dan Travis Kelce