Jum'at, 22/03/2019 09:50 WIB
Christchurch, Jurnas.com - "Allahu Akbar, Allahu Akbar". Demikian suara panggilan azan yang terdengar siang ini di seluruh penjuru Selandia Baru melalui siaran live televisi.
Sementara di saat bersamaan ribuan orang berkumpul untuk mengheningkan cipta, berduka atas tewasnya 50 orang dalam teror penembakan di dua masjid pekan lalu.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memimpin upacara, diikuti 5.000 orang yang berdiri di Hagley Park, depan masjid Al Noor, tempat di mana sebagian besar korban meninggal.
“Selandia Baru berduka bersamamu. Kita adalah satu,” kata Ardern dalam pidato singkat, diikuti oleh dua menit keheningan.
Sultan Berjiwa Sosial, Rey Utami Gelar Doa Bersama untuk Jessica Wongso Kopi Sianida
Aliran Doa untuk Kesembuhan Doni Monardo
Selandia Baru Investasi Penelitian Teknologi Kuantum
Sebagian besar korban penembakan massal terburuk di Selandia Baru adalah migran atau pengungsi dari negara-negara seperti Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Somalia, Afghanistan, dan Bangladesh.
“Kami patah hati, tetapi kami tidak hancur. Kami masih hidup, kami bersama-sama, kami bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun memecah belah kami,” ujar Imam Gamal Fouda merespon banyaknya warga Selandia Baru yang mengenakan jilbab untuk mendukung komunitas Muslim.
“Kepada keluarga para korban, orang-orang terkasihmu tidak mati sia-sia. Darah mereka telah menyirami benih harapan,” lanjut dia dalam doa yang disiarkan secara nasional.
Ardern, yang dengan cepat mengecam serangan itu sebagai terorisme, mengumumkan larangan semi-otomatis dan senapan serbu gaya militer di bawah undang-undang senjata baru yang keras pada Kamis kemarin.
Keyword : Selandia Baru Teror Penembakan Doa Bersama