Rabu, 13/03/2019 07:30 WIB
Riyadh, Jurnas.com - Loujain al-Hathloul, aktivis yang memperjuangkan agar perempuan diberi kebebasan menyetir mobi, diadili pada Rabu (13/3) setelah menghabiskan hampir 10 bulan di penjara dengan tuduhan mendukung unsur-unsur bermusuhan.
Sumber mengatakan kepada Al Jazeera bahwa al-Hathloul, yang juga memprotes sistem perwalian pria kerajaan, dijadwalkan muncul di hadapan Pengadilan Kriminal Khusus Riyadh pada pukul 8 pagi waktu setempat (5:00 GMT), bersama dengan aktivis perempuan Aziza al-Yousef dan Eman al-Nafjan.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (12/3) Pusat Hak Asasi Manusia Gulf (GCHR) mengatakan pihaknya sangat prihatin tentang kesejahteraan para aktivis dan khawatir mereka tidak mendapatkan pengadilan yang adil.
"GCHR sangat prihatin dengan kesejahteraan para pembela hak asasi manusia yang telah ditahan selama lebih dari 300 hari dan lebih lanjut mengkhawatirkan prospek mereka yang menerima persidangan yang adil," kata pernyataan itu.
DPR Dukung Strategi Mitigasi Kemenag Wujudkan Haji Ramah Lansia di 2024
RI-Saudi Cek Kesiapan Layanan Fast Track di Surabaya dan Solo
Anggota DPR: Perlu Ada Perubahan Regulasi untuk Akomodir Umrah Backpacker
"Penuntutan di Arab Saudi telah lama ditandai oleh pelanggaran standar persidangan yang adil, khususnya, penggunaan penyiksaan," sambungnya.
Menurut kelompok-kelompok HAM, al-Hathloul, salah satu pemimpin aktivis kampanye mengemudi ditangkap di Uni Emirat Arab tempat dia tinggal hingga Maret tahun lalu, saat diekstradisi ke Arab Saudi dalam keadaan suram.
Ia dibebaskan setelah beberapa hari, tetapi ditangkap kembali pada Mei sebagai bagian dari penyisiran yang menargetkan setidaknya 10 aktivis wanita.
Kantor Pers Saudi resmi mengatakan para perempuan itu dituduh bekerja sama dengan entitas asing untuk mendukung kegiatan mereka.
"Merekrut beberapa orang yang bertanggung jawab atas posisi pemerintah yang sensitif, dan memberikan dukungan keuangan kepada elemen bermusuhan di luar negara," katanya.
Segera setelah penangkapannya, selebaran mulai beredar di media sosial di Arab Saudi menunjukkan kepada para aktivis, termasuk al-Hathloul, dengan cap pengkhianat di wajah mereka.