Kamis, 10/01/2019 05:48 WIB
Copenhagen - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menanggapi keputusan Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap dua dinas Intelijen Iran.
Zarif menyebut Negeri Biru itu menyembunyikan para teroris Majaheeden Khalq atau M.E.K, kelompok yang berusaha menggulingkan Negeri Para Mullah.
M.E.K pernah masuk ke dalam buku kelompok teror Amerika Serikat (AS) hingga 2012, kini mendapat pujian dari Penasihat Keamanan Nasional Presiden Trump, John R. Bolton dan Pengacara Pribadi Presiden dan Mantan walikota New York, Rudolph W. Giuliani.
"Menuduh Iran tidak akan membebaskan Uni Eropa dari tanggung jawab karena menyembunyikan terorisme," kata Zarif lewat akun Twitternya.
Importir Khawatir Pasokan Makanan Berkualitas Terganggu karena Pengecekan di Brexit
Dukung Persenjataan Ukraina, Uni Eropa akan Alihkan Keuntungan dari Aset Rusia
Rusia Makin Maju, Eropa Bantu Pasok Kebutuhan Militer Ukraina
Keputusan untuk menjatuhkan sanksi itu menggarisbawahi tindakan menyeimbangkan yang sulit dihadapi Uni Eropa ketika mencoba untuk melawan dugaan kelakuan buruk Iran dan melestarikan perjanjian nuklir Iran.
Kementerina Luar Negeri Denmark mengatakan, Uni Eropa (UE) sepakat menjatuhkan sanksi kepada dinas intelijen Iran atas dugaan merencanakan pembunuhan tokoh-tokoh penting Teheran di Eropa.
"UE baru saja menyepakati sanksi terhadap Dinas Intelijen Iran atas rencana pembunuhannya di wilayah Eropa," tulis Menteri Luar Negeri Denmark, Anders Samuelsen lewat akun Twitter, Selasa (8/1).
"Ini adalah isyarat kuat dari UE bahwa kita tidak akan mentoleransi perilaku seperti itu di Eropa," tambahnya.
Samuelsen mengatakan, bersama negara-negara UE, kementerian memutuskan untuk memasukkan dua orang dari intelijen Iran, termasuk direktur Saeid Hashemi Moghadam, ke daftar teror Uni Eropa.
Keputusan itu dikeluarkan setelah polisi berhasil menggagalkan rencana-rencana dinas intelijen Iran di Eropa, termasuk Denmark dan Prancis, kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Tahun lalu, Prancis membekukan aset milik dua warga Iran, termasuk Moghadam, yang dianggap sebagai anggota badan keamanan dan intelijen Iran yang merencanakan bom di Paris pada Juni, 2018.
Oktober lalu, media lokal Denmark melaporkan bahwa mereka berhasil menggagalkan rencana Iran untuk membunuh musuh Teheran di negara itu setelah serangan bom menewaskan sedikitnya 25 orang di kota Ahvaz, Iran.
"Sangat senang karena Uni Eropa baru saja menyetujui sanksi baru terhadap Iran dalam menanggapi kegiatan permusuhan dan ploz yang sedang direncanakan dan dilakukan di Eropa, termasuk Denmark," tulis Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen di akun Twitter-nya.
"Uni Eropa bersatu. Tindakan seperti itu tidak dapat diterima dan harus memiliki konsekuensi," tambah Rasmussen.
Keyword : Uni EropaIntelijen IranKasus Pembunuhan