Rabu, 09/01/2019 08:33 WIB
Washington - Emisi karbon dioksida di Amerika Serikat (AS) mengalami lonjakan besar pada 2018. Demikian menurut perusahaan riset ekonomi independen, Rhodium Group, Rabu (9/1).
Jurnas.com melansir dari Anadolu, emisi CO2 di AS naik 3,4 persen setelah tiga tahun mengalami penurunan. Rhodium Group menyebut, peningkatan itu merupakan terbesar dalam delapan tahun terakhir dan terbesar kedua dalam dua dekade terakhir.
Laporan tersebut hanya mengeluarkan perkiraan untuk konsumsi energi, tetapi sebuah laporan yang diterbitkan oleh Global Carbon Project mengeluarkan data yang menunjukkan kenaikan serupa dalam emisi karbon AS.
Peningkatan tahun lalu terjadi meskipun konsumsi batubara di AS turun dan rekor jumlah pembangkit listrik berbahan bakar batubara dihentikan.
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Film Badarawuhi Di Desa Penari Tayang di USA, Ini Harapan Produser Manoj Punjabi
"Di tempat batu bara, gas alam mengisi dan membuat sebagian besar konsumsi energi, menghasilkan peningkatan 1,9 persen dalam emisi di sektor listrik," kata laporan Rhodium Group.
Grup Rhodium meramalkan bahwa jika lintasan negara itu tetap sama, ia tidak akan memenuhi komitmennya berdasarkan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim.
Laporan itu mengatakan agar AS dapat mencapai komitmen tersebut, yang setara dengan pengurangan 26-28 persen dalam emisi karbon dari tingkat 2005 pada tahun 2025, negara itu perlu mengurangi emisi CO2 terkait energi sebesar rata-rata 2,6 persen dibandingkan tujuh tahun ke depan.
"Namun, ini mungkin tidak masalah bagi AS karena Presiden Donald Trump mengumumkan akan menarik diri dari perjanjian pada tahun 2020," jelas laporan tersebut.
Laporan tersebut mencatat para peneliti tidak mengharapkan peningkatan besar yang sama dalam emisi karbon untuk 2019 tetapi menekankan tantangan pengurangan emisi yang dihadapi AS.