Polisi Bombana dan Aktivis Langkat Diganjar Frans Seda Award

Jum'at, 26/10/2018 22:25 WIB

Jakarta – Brigadir Polisi Muhammad Saleh asal Bombana, Sulawesi Tengah dan aktivis kemanusiaan Edi Syahputra asal Langkat, Sumatera Utara, diganjar penghargaan Frans Seda Award 2018 dari Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya.

Saleh, polisi yang sehari-harinya bertugas sebagai pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Kantibmas) di Desa Tunas Baru, Bombana, Sulteng, merupakan pendiri SD Swasta Anak Soleh.

Sekolah tersebut dia bangun karena melihat anak-anak kecil di desa setempat, harus berjalan lima hingga delapan kilometer setiap pagi ke sekolah yang berada di desa tetangga.

“Setiap pagi, untuk ke sekolah anak-anak harus melewati pematang sawah, dan jalan poros yang kerap membahayakan nyawa mereka. Akhirnya saya ajukan ke kepala desa untuk membuat sekolah sendiri,” kata Soleh kepada awak media pada Jumat (26/10) di Jakarta.

Singkat cerita, dengan dukungan masyarakat dan pemerintah desa, Sekolah Anak Soleh berhasil dibangun. Meski pada awalnya, sekolah tersebut menggunakan kolong rumah kepala desa sebagai ruang kelasnya.

“Tapi dengan sumbangan warga dan bantuan pemerintah daerah, kini kami punya tiga kelas sederhana. Dari kayu. Tiga kelas itu untuk empat tingkat. Jadi kalau kelas satu sudah selesai sekolah, giliran kelas dua yang memakai kelasnya,” tutur Soleh.

Atas jasanya tersebut, sekolah rintisan Soleh diberi nama Sekolah Anak Soleh. Hal itu semata-mata atas keinginan masyarakat setempat.

“Kepala desa bilang, untuk mengenang jasa saya kalau saya sudah tidak bertugas di sini lagi. Saya iyakan saja,” ujarnya.

Cerita berbeda disajikan oleh Edi. Pendiri Sanggar Tratama di Sumut ini membangun sanggar dengan tujuan menjauhkan generasi muda di Langkat dari hiburan yang tidak mendidik, narkoba dan permainan daring (game online).

“Upaya ini terwujud dengan menciptakan generasi CIS atau Creative Innovative Sinergy, melalui Sanggar Tratama yang saya dirikan,” kata Edi.

Sanggar Tratama Edi mengajarkan Seni Tari dan Musik, pengembangan kapasitas pemuda, kelas inspirasi terbuka, dan kewirausahaan.

“Kami juga memberikan edukasi dan pola berpikir kreatif kepada anak-anak desa, untuk menempuh pendidikan yang lebih baik, menjadi generasi produktif, bukan konsumtif,” terangnya.

Sementara Rektor Unika Atma Jaya, Dr. A. Prasetyantoko menyebut ini merupakan kali keempat Unika Atma Jaya memberikan penghargaan Frans Seda Award.

Dia mengatakan, penghargaan tersebut sengaja diberikan kepada orang-orang yang tak dikenal, namun memiliki kontribusi tinggi terhadap masalah kebangsaan.

Prasetyantoko juga menjelaskan alasan Unika Atma Jaya hanya memberikan penghargaan pada dua kategori. Hal ini semata-mata komitmen perguruan tinggi tersebut membantu menyelesaikan persoalan kemanusiaan dan pendidikan yang ada di Tanah Air.

“Kami harap mahasiswa bisa melihat dan belajar langsung dari kedua sosok yang punya kepekaan pada masalah sosial dan pendidikan ini,” tandas Prasetyantoko.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2