Hati-hati Gunakan Kalimat "Apa Kabar" untuk Pasien Kanker

Minggu, 23/09/2018 11:01 WIB

Jakarta – Bagi seorang pendamping pasien kanker payudara, pemilihan kata dan kalimat dinilai sangat penting. Selain demi menghindari salah persepsi, juga agar memberikan kesan bahwa seorang pendamping sedang berempati, bukan bersimpati.

Psikolog Klinis Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Kanker Dharmais Nelly Hursepuny, M.Psi mengatakan, salah satu kalimat yang perlu dihindari yakni `Apa Kabar`. Meski sepele, rupanya kalimat ini dapat menciptakan kesan negatif, bila ditanyakan saat pertama kali bertemu pasien.

“Usahakan tidak menggunakan kalimat tersebut, apalagi memang belum pernah mengenal pasien,” kata Nelly kepada Jurnas.com, usai acara Resertifikasi TUV Rheinlad `Optimalisasi Peran Pendamping Pasien Kanker Payudara` Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) pimpinan Linda Agum Gumelar, pada Sabtu (22/9).

“Pasien akan bertanya-tanya, memang sudah sejauh apa pendamping mengenal dia. Itu kesannya terlalu basa-basi,” imbuhnya.

Dari pada menggunakan pertanyaan `Apa Kabar`, Nelly menyarankan bagi pendamping memakai pertanyaan lainnya yang bernada netral, atau lebih baik memperkenalkan diri terlebih dahulu, supaya pasien mengenal si pendamping.

“Kesan pertama itu 3-7 menit, membuka peluang sejauh mana pasien menerima Anda sebagai pendampingnya,” ujar Nelly.

Nelly menambahkan, selain pendamping dari kalangan relawan, keluarga juga memiliki peran sangat sentral dalam memberikan dukungan terhadap pasien.

Seperti diungkapkan Nelly, pasien kanker payudara membutuhkan dukungan moral dan sosial, guna mengatasi tekanan psikologis pasca vonis dokter.

“Mereka mengalami kondisi psikologis seperti rasa takut, cemas, dan khawatir berlebihan. Mereka butuh dukungan emosional dari teman terdekat, baik keluarga maupun pendamping,” tandasnya.

TERKINI
Aksi Demo Mahasiswa di AS Tanda Kesadaran Global Israel Negara Penjajah Nurul Ghufron Tak Hadir, Dewas KPK Terpaksa Tunda Sidang Etik Komisi IV Dorong Pariwisata di NTT Harus Didukung Sektor Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Komisi IV: Taman Nasional Komodo Harus Dijaga Kelestariannya