Pergeseran Gaya Hidup Belanja Konsumen Yang Dipaparkan Tetra Pak Index 2018

Senin, 10/09/2018 08:09 WIB

Jakarta- Teknologi telah menjadi bagian penting dalam aktivitas sehari-hari, termasuk mempengaruhi pengalaman berbelanja seseorang. Konsumen kini kian beralih dari aktivitas belanja konvensional dengan cara mendatangi toko fisik di beragam lokasi (offline) ke belanja secara digital (online). Kini, konsumen dapat membeli apa pun, kapan pun, dan di mana pun langsung dari genggaman tangan mereka.
    
Laju pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia pun terus mengalami peningkatan yang sangat drastis setiap tahunnya.  Berangkat dari pemahaman inilah, perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan serta minuman terdepan di dunia, Tetra Pak, merilis ‘Tetra Pak Index’, sebuah riset tahunan yang diadakan di beberapa negara termasuk Indonesia, guna mempelajari tren belanja pangan di era omnichannel serta bagaimana pengalaman tersebut dapat menghadirkan kesempatan unik bagi industri makanan dan minuman.

Riset yang memasuki tahun kesebelas ini juga menjelaskan pentingnya peranan kemasan produk dalam perjalanan belanja konsumen di era pemasaran berbasis omnichannel ini. Untuk mampu bersaing di era omnichannel, para pengusaha harus berusaha untuk menawarkan pengalaman berbelanja secara online yang dipersonalisasi untuk para konsumennya.

Salah satu aktivitas belanja online yaitu belanja makanan dan minuman secara online (e-grocery), kini dipandang sebagai katalis untuk transformasi e-commerce yang lebih luas. Cara belanja e-grocery pun kian digemari di seluruh dunia sesuai dengan hasil riset Tetra Pak Index 2018.

E-grocery telah dipandang sebagai sebagai cara belanja baru yang menyegarkan bagi konsumen, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan belanja pangan secara offline. Jenis produk tersedia dan dapat diakses secara online kurang lebih sama dengan yang ditawarkan di toko-toko, termasuk makanan dan minuman dalam  kemasan.

“Berdasarkan riset Tetra Pak Index di Indonesia, sebanyak 1,2% konsumen di Jakarta telah berbelanja pangan secara online pada tahun 2016 dan angka ini diharapkan untuk terus tumbuh hingga 5,4% pada tahun 2030. Sementara itu kegiatan belanja di pasar tradisonal mungkin akan menurun pada tahun 2030 menjadi 46,6% dari sebelumnya di angka 56,3% pada tahun 2016, ujar Gabrielle Angriani, Communications Manager Tetra Pak Indonesia.

“Tren belanja konsumen Indonesia yang perlahan beralih ke e-grocery disambut dengan sangat baik oleh para e-commerce, khususnya Bukalapak. Di Jakarta sendiri, e-grocery berkompetisi langsung dengan minimarket dan supermarket karena permintaan konsumen akan pengalaman belanja yang mudah dan cepat, serta akses internet yang membaik. Sebagai contoh, di Bukalapak, untuk kategori RTD saja kami mencatat puluhan juta minuman terjual di semester 1 2018 melalui marketplace dan melalui distribusi ke UKM Warung di seluruh Indonesia,” sambung Rahmat Danu Andika, Associate Vice President of O2O Business Bukalapak.

“Riset kami membuktikan bahwa daya tahan dan efisiensi kemasan menjadi persyaratan penting dalam kegiatan belanja online. Bahkan hasil riset pun menunjukkan bahwa kemasan yang efisien secara berat maupun ruang dapat memberikan pengurangan volume transportasi sebesar 30-50%,” tambah Gabrielle.

Sebagai perusahaan yang menawarkan solusi pemrosesan serta pengemasan bagi makanan dan minuman, Tetra Pak menawarkan inovasi terbaru dalam era omnichannel ini melalui teknologi Kemasan menggunakan QR Code unik dan Radio-Frequency Identification (RFID). Teknologi pengemasan cerdas dengan QR Code unik memungkinkan setiap paket produk untuk diberikan tanda pengenal yang unik/berbeda. Kode-kode ini dapat dibaca oleh perangkat pemindaian data atau smartphone biasa.

TERKINI
Narkoba, Selebgram Chandrika Chika Cs Dikirim ke Lido untuk Rehabilitasi 50 Musisi Akan Ramaikan Jakarta Street Jazz Festival 2024, Ada Tompi sampai Andien Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina untuk Ganggu Pasokan Senjata AS Rilis 11 Album, Musik Taylor Swift Dikritik Vokalis Pet Shop Boys Mengecewakan