Bermain Sepakbola Ancam Kerusakan Otak Wanita

Selasa, 07/08/2018 06:01 WIB

Jakarta - Sebuah penelitian yang dilakukan dokter dari New York menemukan bahwa bermain sepakbola menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar pada otak wanita daripada pria.

Penelitian ini melibatkan 49 wanita dan 49 pria pemain sepak bola amatir, berusia 18 hingga 50 tahun. Mereka melaporkan jumlah pos yang sama selama tahun sebelumnya (rata-rata 487 pos untuk pria dan 469 untuk wanita).

Hasil scan otak menunjukkan bahwa daerah materi putih yang rusak di otak lima kali lebih luas pada wanita daripada pria.

"Para peneliti dan dokter telah lama menyadari bahwa perempuan mengalami lebih buruk setelah cedera kepala dibandingkan laki-laki, tetapi beberapa mengatakan itu hanya karena perempuan lebih bersedia untuk melaporkan gejala," kata pemimpin studi Dr Michael Lipton.

"Berdasarkan penelitian kami, yang mengukur perubahan objektif dalam jaringan otak daripada gejala yang dilaporkan sendiri, wanita tampaknya lebih mungkin daripada pria untuk menderita trauma karena sepakbola," lanjutnya.

Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pedoman khusus gender untuk sepakbola mungkin diperlukan.

Menurut Federasi Sepakbola Internasional menunjukkan bahwa sekitar 30 juta wanita dan gadis bermain sepak bola di seluruh dunia.

Para peneliti mengatakan meski belum jelas mengapa wanita mungkin lebih sensitif terhadap cedera kepala daripada pria, tetapi perbedaan kekuatan leher, hormon seks atau genetika mungkin menjadi faktor.

Perubahan otak di antara para wanita dalam penelitian ini tidak menghasilkan gejala yang nyata, seperti penurunan kemampuan berpikir, tetapi masih memprihatinkan.

"Dalam berbagai cedera otak, termasuk ensefalopati traumatik kronis (penyakit otak degeneratif yang ditemukan pada atlet, veteran militer, dan lainnya dengan riwayat trauma otak berulang), patologi subklinis berkembang sebelum kita dapat mendeteksi kerusakan otak yang mempengaruhi fungsi," Lipton menjelaskan.

"Jadi sebelum terjadi disfungsi serius, adalah bijaksana untuk mengidentifikasi faktor risiko cedera otak kumulatif seperti jika Anda wanita - sehingga orang dapat bertindak untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memaksimalkan pemulihan," katanya.

Studi yang dipublikasikan online 31 Juli di jurnal Radiology, menimbulkan pertanyaan apakah pemain sepakbola harus berhenti sama sekali.

"Kami telah melakukan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pemain tampaknya mentoleransi beberapa level heading," kata Lipton dalam rilis berita jurnal.

"Daripada melarang sama sekali, yang mungkin tidak realistis, kami ingin mendapatkan pegangan yang lebih baik tentang berapa banyak yang akan membuat pemain mendapat masalah," katanya.

"Yang penting tentang penelitian ini adalah bahwa pria dan wanita mungkin perlu dipandang berbeda."

TERKINI
Sinergi Kementan-Kodim 1910 Malinau Tingkatkan Produksi dengan Perluas Areal Tanam Baru Kejagung Bakal Sita Aset Sandra Dewi Jika Terima Uang Korupsi Timah KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Kasus Pungli KPK Sita Rp48,5 Miliar Terkait Suap Bupati Labuhanbatu