Indonesia Masih Jadi Pemain Cadangan di Industri Halal

Sabtu, 05/05/2018 12:15 WIB

Jakarta – Kiprah Indonesia di sektor industri halal dunia masih belum menggairahkan. Padahal saat ini ada ‘kue’ sebesar $3 triliun, yang diperebutkan oleh berbagai negara di dunia.

Ilmuwan dan ahli bioteknologi Indonesia Prof. Dr. Irwandi Jaswir mengatakan, bila diibaratkan dengan permainan sepak bola, Indonesia masih menjadi pemain cadangan. Padahal di saat yang sama, Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.

“Kita negara muslim terbesar, tapi dalam industri halal kita bukan pemain inti. Kalau dalam sepak bola, kita bukan pemain utama,” ujar ilmuwan yang saat ini menjabat sebagai Deputy Dean, International Instutute for Halal Research and Training (INHART), Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur tersebut, di Bandung beberapa waktu lalu.

Irwandi mengatakan, industri halal murni soal bisnis dan tak berarti harus dikaitkan dengan urusan keagamaan. Tengok saja Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Ketiga negara tersebut, meski dengan minoritas muslim, tapi kini berlomba-lomba mendorong industri halal.

“Kita harus membiasakan, Jepang sama Korea saja menikmati itu. jadi kita harus melihatnya, bahwa bisnis itu terjadi ketika ada permintaan. Misalnya, ketika muslim ingin ada paket wisata ke China, kita pasti memilih airlines mana yang lebih sesuai dan moslem friendly,” katanya.

Di Malaysia, kata Irwandi, industri halal diatur secara integral mulai dari regulasi atau hulu hingga hilir. Seperti salah satunya, masing-masing perguruan tinggi yang ada di Negeri Jiran, wajib memiliki Halal Science Center.

“Di sana sudah ada undang-undangnya. Ada pula modul-modul aturan. Misalnya, travel agent ini ingin memperkenalkan wisata halal, ini lho syarat-syaratnya. Tidak sembarangan,” katanya.

Lain lagi di Singapura. Negara kecil yang berbatasan dengan Indonesia itu sedang gencar-gencarnya menarik turis asing yang mencari wisata halal. Dari upaya ini, lalu muncul sebuah perusahaan daring Crescent Rating, yang bisa memberikan informasi hotel hingga makanan halal di negara tersebut.

“Hotel itu dirating. Misalnya, level enam itu yang benar-benar moslem friendly. Yang level satu itu paling bawah. Tapi bukan berarti tidak boleh masuk yang paling bawah,” terang peraih Nobel King Faisal Prize tersebut.

Dengan demikian, menurut Irwandi bila Indonesia sudah serius ingin mendorong industri halal, langkah pertama yang harus dilakukan yakni menerbitkan regulasi, serta mengatur pemberian insentif bagi perusahaan yang ingin berkecimpung dalam industri halal.

“Harus ada kebijakan yang sistematis, yang membuat Indonesia menjadi sebuah negara industri halal. Ada kebijakan-kebijakan tertentu yang merangsang orang dan industri bergerak ke arah sana,” ujarnya.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2