Jokowi Tunggu Hasil Munas dan Konbes NU

Kamis, 23/11/2017 17:37 WIB

Mataram – Presiden RI Joko Widodo menanti hasil rekomendasi yang lahir dari rahim Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Konbes NU). Rekomendasi tersebut, kata Jokowi dapat menjadi masukan terhadap langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pemerintah.

“Jadi Pak Kyai, kami mohon nantinya di Munas dan Konbes NU ini bisa dibahas dan disampaikan ke pada kami, rekomendasi-rekomendasi terutama yang berhubungan dengan pemerintah, sehingga bisa kami tindak lanjuti,” ujar Presiden Jokowi di hadapan kyai, ulama, tokoh, para menteri, dan nahdlyyin yang memenuhi Islamic Center Masjid Hubbul Wathon, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (23/11).

Terkait rekomendasi, Jokowi mengharapkan ada masukan yang bisa dilakukan oleh pemerintah, dalam mengatasi paham radikalisme dan intoleransi yang ada di Indonesia.

“Terutama berkaitan dengan gerakan radikalisme dan intoleran, apa yang harus dilakukan pemerintah, karena saya kira sekarang pegangan kita sudah kuat, ada undang-undangnya, ada Perppu-nya, jadi kalau memutuskan itu, sudah ada payung hukumnya yang jelas,” lanjutnya.

Jokowi juga menanti rekomendasi NU di bidang ekonomi umat dan distribusi aset. Khusus kebijakan distribusi aset, menurutnya, sudah berjalan selama empat bulan terakhir. Hanya saja pemerintah masih terlalu berhati-hati. Dia khawatir lahan tersebut bukannya dimanfaatkan oleh rakyat, tapi akhirnya jatuh lagi ke tangan swasta.

“Kami belum yakin skema yang kami jalankan ini betul dan tepat. Target kami bukan saja hanya membagikan ribuan lahan, tapi jutaan. Jangan sampai setelah konsesi ini, malah dijual ke itu-itu lagi. Makanya kami berhati-hati sekali,” ungkap presiden.

TERKINI
Berbeda dengan Berkeley, UCLA Tangani Protes Mahasiswa Pro-Palestina dengan Panggil Polisi Parlemen Vietnam Dukung Pengunduran Diri Ketua di Tengah Upaya anti-Suap Protes Kampus Jadi Tantangan Kampanye Terpilihnya Kembali Biden dan Partai Demokrat Korea Selatan Tingkatkan Kewaspadaan Diplomatik dengan Alasan Ancaman Korea Utara