Kamis, 19/10/2017 11:02 WIB
Jakarta - Sebuah penelitian menemukan, kulit hitam dan Muslim cenderung diperlakukan dengan buruk di penjara. Perlakukan tersebut dinilai dapat berakibat fatal pada kesehatan mental pelaku tersebut.
Runnymede Trust, sebuah kelompok pemikir kesetaraan ras, dan University of Greenwich menyelidiki perlakuan terhadap narapidana pria berkulit hitam dan minoritas (BAME), yang melakukan survei terhadap 340 narapidana di empat penjara.
Sekitar 100 orang yang disurvei mengaku didiskriminasikan berdasarkan ras dan agama. Mereka harus tunduk pada budaya dan rasial oleh petugas lapas.
Para periset menemukan berkulit hitam mendapatkan perlakuan lebih buruk dibandingkan dengan tahanan kulit putih sekitar. Hal itu terlihat selama pengasingan enam bulan terakhir. Hampir sepertiga tahanan Muslim tidak memiliki pekerjaan di penjara atau mengikuti kursus pendidikan, dibandingkan dengan 17% tahanan Kristen. Masalah ini terutama mempengaruhi rehabilitasi, kata Runnymede.
May Day, Partai Buruh Dukung Program Prabowo-Gibran
Selalu Spektakuler, Zendaya Masih Bingung Pakai Gaun Apa di Met Gala 2024
Pendapatannya Jauh Beda dengan Taylor Swift, Travis Kelce Disebut Miskin
Zubaida Haque, rekan riset Runnymede Trust, mengatakan, pelaku kehilangan hak kebebasannya, terutama terkait dengan keselamatan pribadi.
Ia mengatakan kurangnya petugas lapas berdampak pada perlakuan terhadap narapidana. Namun, pekan lalu pemerintah berjanji untuk meningkatkan jumlah petugas BAME dalam menanggapi audit perbedaan ras mereka. Ada kesenjangan keragaman ras yang signifikan karena staf penjara BAME hanya berjumlah 6% dari semua petugas lapas.
Badan amal tersebut mengatakan pemerintah perlu mempekerjakan empat kali lebih banyak petugas penjara BAME untuk mencerminkan populasi penjara. Darrick Jolliffe dari pusat kriminologi di University of Greenwich menimbulkan kekhawatiran tentang hubungan antara perlakuan buruk dan menyakiti diri sendiri dan bunuh diri.
Keyword : Kulit Hitam Muslim