Suplai Senjata Amerika Suburkan Terorisme di Suriah

Kamis, 20/07/2017 15:42 WIB

Wahington – Program rahasia lembaga intelejen Amerika, CIA, untuk memasok senjata dan melatih kelompok griliyawan anti Presiden Suriah Bashar al Assad telah memberi andil suburnya gerakan terorisme di Suriah. Kelompok binaan Amerika itu justru kemudian berkhianat dengan bergabung dengan ISIS atau organisasi teroris lain. 

Beberapa pejabat di bawah pemerintahan Obama sudah mengusulkan agar program ini dihentikan. Namun baru pada  pemerintahan Presiden Donald Trump saat ini, program rahasia ini bakal dihentikan. Keputusan itu adalah bagian dari upaya Trump memperbaiki hubungan dengan Rusia, yang bersama dengan Iran selalu mendukung pemerintah Bashar selama enam tahun perang saudara di Suriah.

Program rahasia CIA itu berawal pada 2013 sebagai bagian dari upaya presiden Barack Obama menggulingkan Bashar. Namun, upaya itu tidak berhasil hingga sekarang, kata dua sumber, yang mengetahui persoalan tersebut dan meminta jatidirinya dirahasiakan. Surat kabar "Washington Post" pertama kali melaporkan penghentian program itu pada Rabu, sementara juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, menolak menanggapinya dalam jumpa pers. CIA juga menolak menanggapi.

Keputusan itu dibuat bersama antara pejabat setara menteri koordinator keamanan, H.R. McMaster, dan Direktur CIA, Mike Pompeo, setelah berkonsultasi dengan pejabat dengan kedudukan lebih rendah. Mereka memutuskan hal itu sebelum pertemuan 7 Juli antara Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Jerman. Namun demikian, penghentian suplai senjata bukan merupakan bagian dari perundingan Amerika Serikat-Rusia terkait gencatan senjata di barat daya Suriah, kata dua sumber itu.

Salah satu sumber mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak memberikan konsesi yang besar, mengingat masih kuatnya Bashar di Suriah. "Namun ini adalah sebuah pesan kepada Putin bahwa pemerintahan Amerika Serikat ingin memperbaiki hubungan dengan Rusia," kata sumber itu.

Trump berada dalam tekanan besar dari Kongres terkait dugaan intervensi dan kerja sama tim kampanye Trump dengan Rusia dalam pemilihan umum presiden tahun 2016 lalu. Rusia sendiri membantah tudingan dari badan-badan intelejen Amerika Serikat, dan Trump juga menolak tuduhan yang sama. Ant/Reuters

TERKINI
Narkoba, Selebgram Chandrika Chika Cs Dikirim ke Lido untuk Rehabilitasi 50 Musisi Akan Ramaikan Jakarta Street Jazz Festival 2024, Ada Tompi sampai Andien Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina untuk Ganggu Pasokan Senjata AS Rilis 11 Album, Musik Taylor Swift Dikritik Vokalis Pet Shop Boys Mengecewakan