Islamofobia dan Anti-Semitisme Meningkat di Eropa Sejak Perang Israel-Hamas

Rabu, 08/11/2023 05:05 WIB

JAKARTA - Ujaran kebencian yang menargetkan Muslim dan Yahudi di Eropa meningkat seiring dengan memanasnya konflik antara Israel dan Hamas, kata seorang pejabat Uni Eropa yang bertugas memerangi Islamofobia.

“Kami telah melihat dengan jelas peningkatan tren kebencian anti-Muslim dan narasi anti-Semit. Ujaran kebencian ini berkisar dari mikroagresi hingga ancaman nyata dan kami telah mengamati sebagian besar terjadi di platform media sosial,” kata Marion Lalisse seperti dikutip dari Al Jazeera.

“Kebencian terhadap umat Islam khususnya berkaitan dengan stereotip negatif yang menganggap umat Islam sebagai kelompok monolitik yang terlibat dalam kekerasan. Bias seperti itu tersebar di negara-negara UE.”

Lalisse mengatakan penelitian diperlukan mengenai bagaimana orang-orang Eropa dididik tentang Muslim dan Islam.

“Saya tumbuh di pedesaan Perancis yang sangat beragam dan saya diajari tentang agama Islam dan budaya orang-orang yang menganut agama ini, dengan cara yang tidak menggambarkan mereka sebagai ancaman,” katanya kepada Al Jazeera.

“Jadi dalam peran saya memerangi kebencian anti-Muslim, kami mendanai proyek-proyek yang berkaitan dengan kenangan masa lalu dan menganalisis bagaimana buku-buku sejarah di sekolah dan universitas di Eropa menggambarkan Muslim.”

Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel satu bulan lalu; jumlah korban tewas di Israel saat ini melebihi 1.400.

Setelah tanggal 7 Oktober 2023, Israel sebagai pembalasan melancarkan kampanye pengeboman besar-besaran di Gaza, yang dikatakan sebagai upaya untuk menghancurkan kelompok Palestina yang menguasai jalur tersebut.

Gaza adalah salah satu wilayah terpadat di dunia. Hingga saat ini, lebih dari 10.000 warga Palestina telah terbunuh, banyak diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Kejahatan anti-Semit tercatat di beberapa negara Eropa.

Namun selain Inggris, negara-negara Eropa lainnya belum mempublikasikan statistik mengenai laporan insiden Islamofobia, yang juga meningkat sejak 7 Oktober 2023, menurut Human Rights Watch.

“Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mencatat kejahatan rasial terhadap orang-orang yang dianggap Muslim. Kurangnya data menghambat respons kebijakan yang efektif terhadap kejahatan rasial tersebut,” kata kelompok hak asasi manusia tersebut dalam sebuah pernyataan.

Badan Hak-Hak Fundamental Uni Eropa (FRA) memiliki database yang mendokumentasikan kebencian anti-Muslim antara tahun 2010 dan 2020 di blok tersebut, yang menurut Lalisse akan diperbarui dalam beberapa minggu mendatang.

“Kita semua bersama-sama,” kata Lalisse.

“Kita perlu memastikan bahwa ada narasi yang seimbang mengenai apa yang terjadi di Eropa sehingga masyarakat dapat hidup bebas, terlepas dari keyakinan agama mereka atau tidak adanya keyakinan agama.”

Ketika ditanya apakah ia menganggap larangan Perancis terhadap pakaian yang dikenakan oleh sebagian Muslim bersifat diskriminatif, Lalisse mengatakan: “Kami telah mencatat bagaimana seorang wanita Muslim berhijab di Perancis kemungkinan besar akan menghadapi lebih banyak diskriminasi dibandingkan populasi Muslim secara keseluruhan di negara tersebut.”

Dia lebih lanjut membela tindakan Perancis tersebut, dengan menambahkan: “Larangan abaya atau simbol agama lainnya di sekolah atau dalam keadaan lain terkait dengan kesediaan untuk menunjukkan netralitas dan menyebarkan kesetaraan. Ini adalah nilai-nilai sekuler Perancis yang sering disalahpahami.” (*)

 

 

TERKINI
Sindir JD Vance soal Kewarasan, Jennifer Aniston Bangga Pilih Kamala Harris untuk Pilpres AS Batal Menikah, Hubungan Channing Tatum dan Zoe Kravitz Semakin Jauh dan Renggang Tak Jadi Menikah, Channing Tatum dan Zoe Kravitz Batalkan Pertunangan setelah 3 Tahun Bersama Heidi Klum Takut Membayangkan Kostum Halloween Epiknya tak Sempurna