Minggu, 05/02/2023 09:55 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Beijing mengecam keputusan Pentagon untuk menembak jatuh balon mata-mata China yang terlihat terbang di atas udara Amerika Utara. Negeri Tirai Bambu itu menuduh Amerika Serikat (AS) bereaksi berlebihan dan secara serius melanggar praktik internasional.
"China mengungkapkan ketidakpuasan dan protes yang kuat terhadap penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat untuk menyerang pesawat sipil tak berawak," kata Kementerian Luar Negeri China (Kemenlu China) dalam sebuah pernyataan.
Kemenlu China menambahkan bahwa pihaknya berhak untuk melakukan tanggapan lebih lanjut yang diperlukan.
Sebuah jet tempur militer AS menembak jatuh pesawat itu, yang digambarkan Washington sebagai balon mata-mata China, di lepas pantai South Carolina pada Sabtu (4/2), seminggu setelah memasuki wilayah udara AS
Genjot Penjualan di China, Toyota Gandeng Tencent
Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China
31 Perusahaan China Jalin Kemitraan dengan 77 Kampus Vokasi
Balon itu ditembak jatuh sekitar enam mil laut lepas pantai AS, di atas perairan yang relatif dangkal, berpotensi membantu upaya untuk memulihkan elemen kunci dari peralatan pengawasan China di antara puing-puing dalam beberapa hari mendatang, kata para pejabat.
Presiden AS Joe Biden mengeluarkan perintah pada Rabu untuk menurunkan balon tersebut. Namun, Pentagon merekomendasikan menunggu sampai balon bisa diturunkan di perairan terbuka untuk melindungi warga sipil dari puing-puing yang jatuh ke Bumi dari ketinggian ribuan kaki di atas lalu lintas udara komersial.
Menurut seorang pejabat senior militer AS, sebuah jet tempur F-22 melakukan tembakan pada pukul 14.39 menggunakan satu rudal udara-ke-udara supersonik AIM-9X, pencari panas.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan balon itu, yang pertama kali memasuki wilayah udara AS pada 28 Januari, digunakan oleh China dalam upaya untuk mengawasi situs-situs strategis di benua AS.
Sumber: CNA/AFP