Kejar Target 14 Persen Kasus Stunting, Jokowi Minta Pemberian Biskuit Disetop

Rabu, 25/01/2023 16:45 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, mencapai target 14 persen prevalensi stunting pada tahun 2024 bukanlah hal yang sulit bila anak-anak yang mengalami gangguan pertumbuhan ditangani secara tepat.

Demikian kata Jokowi pada pembukaan Rapat Kerja Nasional membahas Strategi Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) serta Program Percepatan Penurunan Stunting tahun 2023, Jakarta, Rabu (25/1).

"Jangan sampe keliru karena yang lalu-lalu, saya liat di lapangan dari kementerian dan lembaga masih memberikan biskuit pada anak. Cari mudahnya, saya tau. Lelangnya gampang. Kalau telur, ikan kan gampang busuk, gampang rusak," kata Jokowi.

Untuk itu, Jokowi meminta agar pemberian biskuit pada anak yang mengalami gangguan pertumbuhan tidak lagi dilakukan. "Jangan dilakukan lagi. Kalau bayinya harus diberikan telur, ya, telur, ikan ,ya, ikan," tegas Jokowi.

Jokowi juga meminta kepada kader yang ada di bawah naungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiona (BKKBN) agar lebih masif memberikan edukasi kepada masayarakat.

"Saya lihat kemarin yang ramai, bayi baru 7 bulan diberi kopi susu sachet, kopi susu sachet oleh ibunya. Karena yang ada di bayangan di sini adalah susu, gitu loh," tutur Jokowi merujuk pada video bayi berjenis kelamin laki-laki diberi minum kopi susu instan oleh ibunya.

Jokowi mengatakan, anggapan sang ibu bahwa kopi susu bermanfaat karena mengandung susu. Padahal, kata dia, pemberian kopi susu sachet kepada bayi sangatlah berbahaya mengingat jantung dan gingjal bayi belum kuat.

"Hati-hati mengenai ini karena ginjal dan jantung bayi belum kuat. Oleh sebab itu, penyuluhan, penyuluhan, penyuluhan itu penting," tegas  mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa pemberian biskuit pada anak yang mengalami gagal tumbuh adalah hal yang keliru.

"Saya dimarahi profesor UI, Unhas, Undip, UGM. Mereka bilang jangan kasih karbohidrat, biskuit, tetapi protein hewani. Bukan karbohidrat, bukan protein nabati seperti sayur, melainkan protein hewani seperti telur. Kalau tidak ada telur, kasih ikan," kata dia.

Di tempat yang sama, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya sudah berusaha maksimal dan bergerak cepat untuk mengedukasi masyarakat, khususnya yang terkait dengan stunting.

Di saat yang sama, Hasto menyadari edukasi masyarakat terkait stunting masih menemui tantangan. Salah satunya karena mindset dan perilaku masyarakat yang salah terkait kesehatan.

"Cara makan kita juga banyak yang salah, menjaga kesehatan juga salah, perilaku kita salah, masih salah," kata Hasto kepada awak media usai pembukaan Rakernas BKKBN.

Sebagai contoh penggunaan jamban. Hasto mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat khususnya yang tinggal di pelosok lebih memilih untuk membuang air besar di sungai.

"Sudah dibikinkan jamban, biasanya dia BAB di sungai, terus jamban sudah ada, ada yang masih BAB di sungai juga. Alasannya apa? Pantatnya kalau enggak nyelup enggak bisa keluar," tutur Hasto.

Selain itu, lanjut dia, faktor lingkungan juga menjadi kendala. Perilaku membuang air di tempat yang tidak seharusnya, bahkan membuang air lewat jamban yang tidak sesuai standar kesehatan juga memicu stunting.

"Itu mereka jadi sering diare, akhirnya berat badan enggak naik-naik, tinggi badan enggak naik-naik. Di kota pun juga ada yang masih airnya tidak sehat karena kota yang berdesak-desakan rumahnya, antara jambannya tetangga dengan sumurnya tetangga jaraknya bisa 10 meter, sehingga akhirnya bakteri e coli dari fesesnya tetangga masuk ke sumurnya rumah sebelah," kata dia.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2