Zelenskyy Ajukan Syarat untuk Setujui Gencatan Senjata dengan Rusia

Sabtu, 23/07/2022 07:50 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan, gencatan senjata dengan Rusia tanpa mengembalikan wilayahnya yang direbut hanya akan memperpanjang perang.

Dalam wawancara dengan Wall Street Journal (WSJ) pada Jumat (22/6), ia memperingatkan, memberi Moskow kesempatan mengisi kembali dan mempersenjatai kembali untuk melakukan pertempuran berikutnya.

"Membekukan konflik dengan Federasi Rusia berarti jeda yang memberi Federasi Rusia waktu istirahat," kata Zelenskyy.

"Masyarakat percaya bahwa semua wilayah harus dibebaskan terlebih dahulu, dan kemudian kita dapat bernegosiasi tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana kita bisa hidup di abad-abad mendatang," sambungnya.

Zelenskyy juga berbicara tentang sistem roket artileri mobilitas tinggi (HIMARS) yang dipasok Amerika Serikat (AS). Ia mengatakan, "persediaan HIMARS Barat, sementara membuat perbedaan materi, jauh lebih rendah daripada yang dibutuhkan Ukraina untuk membalikkan keadaan".

"Kebutuhan yang lebih mendesak adalah sistem pertahanan udara yang dapat mencegah Rusia menghujani rudal jarak jauh di kota-kota yang damai, ratusan mil dari garis depan," tambah Zelenskyy.

Mengacu pada kesepakatan yang ditandatangani dengan Rusia untuk membuka kembali ekspor gatakan, Zelenskyy mengatakan, "Konsesi diplomatik ke Moskow mungkin agak menstabilkan pasar, tetapi hanya akan memberikan jeda dan bumerang sementara di masa depan".

Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan penting pada hari Jumat untuk membuka kembali pelabuhan Laut Hitam Ukraina untuk ekspor biji-bijian, meningkatkan harapan bahwa krisis pangan internasional yang diperparah oleh invasi Rusia dapat diredakan.

Sumber: Reuters

TERKINI
Rusia Gunakan Hampir 70 Bom Udara, Ukraina Hanya Bisa Mengusir dengan Jatuhkan 13 Drone Dikepung Drone dan Polisi, Pemerintah AS Bungkam Aksi Mahasiswa Pro-Palestina Tersangka Gembong Kejahatan Dunia Maya asal Rusia Hadapi Persidangan di California Protes Mahasiswa anti-Perang di AS dan Penggerebekan Polisi Kacaukan Rencana Kelulusan