WHO Belum Labeli Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global

Minggu, 26/06/2022 06:35 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan pada Sabtu (25/6) bahwa cacar monyet (Monkeypox) belum menjadi darurat kesehatan globa. Meksi begitu, badan tersebut mengakui, wabah tersebut merupakan ancaman yang berkembang.

"Saya sangat prihatin dengan wabah cacar monyet, ini jelas merupakan ancaman kesehatan yang berkembang yang diikuti oleh rekan-rekan saya dan saya di Sekretariat WHO," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Reuters.

Label darurat global saat ini hanya berlaku untuk pandemi COVID-19 dan upaya berkelanjutan untuk memberantas polio. Badan PBB belum memberikan label pada wabah cacar monyet setelah mendapat saran dari pertemuan para ahli internasional.

Menurut WHO, ada lebih dari 3.200 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi dan satu kematian dilaporkan dalam enam minggu terakhir dari 48 negara di mana biasanya tidak menyebar.

Sejauh tahun ini hampir 1.500 kasus dan 70 kematian di Afrika tengah, di mana penyakit ini lebih umum, juga telah dilaporkan, terutama di Republik Demokratik Kongo.

Cacar monyet, penyakit virus yang menyebabkan gejala mirip flu dan lesi kulit, telah menyebar sebagian besar pada pria yang berhubungan seks dengan pria di luar negara endemik.

Menurut WHO, cacar monyet memiliki dua clades - strain Afrika Barat, yang diyakini memiliki tingkat kematian sekitar 1 persen dan yang merupakan strain yang menyebar di Eropa dan tempat lain, dan strain Congo Basin, yang memiliki tingkat kematian mendekati 10 persen.

Ada vaksin dan perawatan yang tersedia untuk cacar monyet, meskipun persediaannya terbatas.

Keputusan WHO kemungkinan akan mendapat beberapa kritik dari para ahli kesehatan global, yang mengatakan menjelang pertemuan bahwa wabah itu memenuhi kriteria untuk disebut darurat.

Namun, yang lain menunjukkan bahwa WHO berada dalam posisi sulit setelah COVID-19.

Deklarasi Januari 2020 bahwa virus corona baru mewakili keadaan darurat kesehatan masyarakat sebagian besar diabaikan oleh banyak pemerintah sampai sekitar enam minggu kemudian, ketika badan tersebut menggunakan kata "pandemi" dan negara-negara mengambil tindakan.

TERKINI
Berbeda dengan Berkeley, UCLA Tangani Protes Mahasiswa Pro-Palestina dengan Panggil Polisi Parlemen Vietnam Dukung Pengunduran Diri Ketua di Tengah Upaya anti-Suap Protes Kampus Jadi Tantangan Kampanye Terpilihnya Kembali Biden dan Partai Demokrat Korea Selatan Tingkatkan Kewaspadaan Diplomatik dengan Alasan Ancaman Korea Utara