Krisis Ekonomi Sri Lanka, PBB Distribusikan Pangan Ibu Hamil

Jum'at, 17/06/2022 10:30 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Ribuan perempuan miskin di Sri Lanka mulai menerima bantuan makanan sebagai bagian dari tanggap darurat Perseikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya di pulau itu.

Empat dari lima orang mulai melewatkan makan karena mereka tidak mampu membayar harga tinggi, kata PBB, memperingatkan "krisis kemanusiaan yang mengerikan" dengan jutaan orang membutuhkan bantuan.

Program Pangan Dunia (WFP) dari PBB mengatakan pihaknya mulai mendistribusikan kupon makanan kepada sekitar 2.000 wanita hamil di daerah-daerah yang "kurang terlayani" di Kolombo sebagai bagian dari "bantuan penyelamatan jiwa".

Anthea Webb, wakil direktur regional WFP untuk Asia dan Pasifik, mengatakan orang-orang miskin di negara berpenduduk 22 juta itu merasa lebih sulit untuk membeli kebutuhan dasar seperti makanan.

"Ketika mereka melewatkan makan, mereka membahayakan kesehatan mereka dan anak-anak mereka," katanya.

WFP mengatakan pembagian voucher tunai senilai 15.000 rupee (US$40) adalah bagian dari upaya PBB untuk membantu tiga juta warga Sri Lanka yang terkena dampak melonjaknya harga.

Badan dunia itu berusaha mengumpulkan US$60 juta untuk upaya bantuan pangan antara Juni dan Desember.

WFP mengatakan juga ingin membantu satu juta anak memiliki akses ke setidaknya satu makanan di sekolah, dan menyediakan "makanan yang diperkaya nutrisi" untuk satu juta ibu dan anak lainnya.

Selain itu, jatah makanan berupa makanan, uang tunai atau voucher akan diberikan kepada satu juta orang lainnya, kata WFP.

Negara kepulauan Asia Selatan telah mengalami kekurangan makanan, bahan bakar, obat-obatan dan barang-barang penting lainnya, dalam krisis yang dipicu oleh berkurangnya cadangan mata uang asing dan salah urus pemerintah.

Dengan kekurangan bahan bakar yang memburuk, pemerintah mengumumkan hari libur tambahan dan memerintahkan semua sekolah tutup pada hari Jumat untuk menghemat bensin dan solar.

Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar US$51 miliar pada bulan April, dan sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional untuk dana talangan.

Protes berbulan-bulan, yang berubah menjadi mematikan pada Mei dengan sedikitnya sembilan orang tewas, telah meminta Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mengundurkan diri.

Sumber: AFP

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih