Gerak Cepat, Kementan Gelar Pelatihan Pengendalian PMK

Kamis, 12/05/2022 14:04 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar pelatihan daring Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, walaupun kasus PMK baru terdekteksi di Aceh dan Jawa Timur, tetapi tidak menutup kemungkinan sudah ada di luar dua wilayah tersebut.

"Ini baru ada di Jawa Timur dan Aceh, tapi sepertinya sudah ada di tempat lain walaupun belum dipastikan PMK. Karena itu, pelatihan kita ini harus bisa menjangkau seluruh provinsi," kata Syahrul saat membuka Pelatihan PMK secara daring, Kamis (12/5).

Mentan Syahrul mengatakan, transfer of knowledge terkait bagaimana melaksanakan pencegahan, pendampingan dan intervensi PMK pada ternak menjadi hal yang sangat penting.

Menurut Syahrul, PMK yang saat ini menyebar bukanlah PMK berbahaya. Namun, ia khawatir perspektif publik kalah akhirnya bias seperti kasus minyak goreng.

"Oleh karena itu, walaupun penyakit ini serius, menurut saya, bisa kita atasi. Caranya bagi-bgi obat. Karena ternyata dari pengalaman yang kita lihat ada 2.000 yang kena bisa 2.000 sembuh," ujarnya.

Selanjutnya, kata Syahrul, dalam 14 hari ini vaksin harus mulai digulirkan. Jika belum bisa dilakukan pengadaan vaksin sendiri oleh Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya, maka akan didatangkan dari luar negeri.

"Kalau belum bisa dilakukan pengadaan vaksin sendiri oleh Pusvetma di Surabaya, maka Pak Dirjen (PKH) dalam satu minggu ke depan sudah harus keluar negeri beli yang cocok dengan serotipe dari PMK. Berapa pun harganya beli dan langsung dibagikan kepada yang terkena," ujarnya. 

Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, petugas kesehatan di seluruh tanah air khususnya di Aceh dan Jawa Timur, wilayah yang terdeteksi kasus PMK, wajib hukumnya memahmai PMK serta cara menanganinya.

Dengan pertimbangan tersebut, kata Dedi, Kementan melaksanakan Pelatihan PMK untuk para dokter hewan, termasuk paramedik, petugas kesehatan, petugas teknis, dan penyuluh peternakan.

"Termasuk juga banyak sekali saudara-saudara kita P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya) yang bergelut dengan peternakan sapi. Mereka juga semua harus tahu dan bahu-membahu secara harmonis menanggulangi PMK," kata Dedi.

Dedi mengatakan, di Jepang virus PMK mampu dikendalikan utamanya lewat lockdown dan pengobatan-pengobatan virus yang intinya untuk mengembalikan stamina, kebuguran, dan nafsu makan ternak yang terjangkit PMK.

"PMK ini kan virus, sehingga penyebarannya cepat dan sangat mudah. Kita sudah belajar kemarin bagaimana menanggulangi COVID-19. Alhamdillah, Indonesia termasuk negara besar yang mampu mengendalikan COVID-19 dengan baik," tutur Dedi.

Walaupun penyebarannya cepat dan sangat mudah, Dedi mengingatkan, PMK bukanlah penyakit hewan yang bisa menyerang manusia seperti COVID-19 dua tahun terakhir. 

"Oleh karena itu, kita memang mesti tenang dalam menanggulangi masalah ini. Kita musti waspada dan mengerahkan seluruh kemampuan, tenaga, dan energi untuk menanggulangi PMK, utamanya di Jawa Timur dan Aceh," tutupnya.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2