Rizal Ramli Ingatkan Penguasa, Jangan Lupakan Perjuangan Pembela Rakyat dan Tanah Air

Senin, 28/02/2022 15:07 WIB

Cirebon, Jurnas.com - Tak seperti masyarakat pada umumnya yang memilih waktu libur panjang alias long weekend dengan berekreaksi atau memilih memanjakan tubuh di rumah, tokoh nasional Rizal Ramli justru memilih ziarah ke makam Kiai Haji Abbas bin Kiai Haji Abdul Jamil Buntet di kompleks Makbaroh Gajah Ngambung Pesantren Buntet, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, kemarin (Minggu, 27/2).

Padahal, perjalanan dari kediaman Rizal Ramli di Jl. Bangka IX No. 49R,  Jakarta Selatan menuju Cirebon menempuh waktu 3 jam. Itu-pun bila kondisi lalu lintas lancar.

Ternyata, semangatnya yang begitu kuat untuk menyambangi daerah dengan julukan kota udang itu, lantaran ia konsisten dengan amanah bapak pendiri bangsa Soekarno yang mengatakan “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” atau disingkat “Jasmerah”.

Soekarno adalah salah satu tokoh panutan Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut.

“Bung Karno mengingatkan kita supaya jangan meninggalkan sejarah. Republik ini bisa berdiri dan ada hingga saat ini karena perjuangan para pendahulu kita yang begitu gigih melawan penjajah. Nah, salah satunya adalah Kiai Abbas. Dia bukan saja ulama besar, tapi dia pernah ditunjuk KH. Hasyim Asy`ari dan ulama-ulama lainnya di Rembang menjadi Komando Resolusi Jihad dalam pertempuran melawan tentara sekutu pada 10 November 1945  di Surabaya. Itulah yang menginspirasi saya untuk semangat dalam berjuang,” ujar Rizal Ramli yang juga mantan Tim Panel Ekonomi PBB itu.

Sayangnya, sesal Rizal Ramli, elit politik dan penguasa sekarang ini seolah sudah lupa dengan perjuangan para pejuang-pejuang terdahulu yang rela mempertaruhkan nyawa demi tanah air. Karena, menurut Rizal Ramli, faktanya banyak kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.

“Misalnya dalam konteks pemindahan ibu kota Negara. Fakta sejarah menyebut bahwa Fatahillah atau yang kita kenal Sunan Gunung Jati pernah mengalahkan serta mengusir Portugis dari Sunda Kalapa. Kemudian, Bung Karno membacakan teks proklamasi pada 17Agustus 1945 itu di Jakarta. Kalau tetap keukeuh memindahkan IKN sama saja mencabut akar sejarah dong. Itu baru bicara soal IKN dan sejarah Indonesia. Belum lagi kita bicara dalam konteks kebijakan pemerintah yang lainnya,”  tukas Rizal Ramli.  

Sebut saja, sambung Rizal Ramli, masalah kelangkaan dan mahalnya harga komoditas, seperti minyak goreng, kedelai, daging, dan sebagainya yang sebenarnya adalah ujian bagi pemerintah terhadap keberpihakannya pada rakyat.

“Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perkebunan sawit yang begitu luas. Kok bisa sih minyak goreng langka dan kalau-pun ada harganya mahal? Belakangan masyarakat juga sempat dibuat gelisah dengan kelangkaan kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe. Lalu, masalah harga daging yang mahal. Kalau urusan pangan rakyat saja sulit diatasi, bagaimana pemerintah berjuang bagi rakyat dalam urusan yang besar?” tukas Rizal Ramli.      

Sebenarnya, di awal pandemic Covid-19, Rizal Ramli sudah mengingatkan pemerintah untuk fokus menggenjot sektor pertanian dengan memberikan subsidi pupuk dan bibit bagi para petani. Karena, pertanian jauh dari resiko Covid-19 dan manfaatnya sangat dirasakan masyarakat.

“Bila saran kita dilakukan dengan serius, maka tak ada lagi masalah kelangkaan dan mahalnya harga komoditas. Keberpihakan penguasa sebagaimana para pejuang kita terdahulu membela rakyat dan tanah air juga tetap terjaga,” tandas Rizal Ramli.  

 

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2