Italia Diprediksi Keluar dari Zona Euro

Senin, 05/12/2016 19:46 WIB

Roma - Menyusul kemenangan "Tidak" dalam jajak pendapat untuk menentukan reformasi konstitusi, yang menyebabkan mundurnya PM Italia, Matteo Renzi pada Senin (5/12), banyak yang memrediksi Italia akan segera menyusul Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Kemenangan "Tidak" untuk reformasi konstitusi langsung dirayakan oleh para pegiat Five Star Movement (M5S). Gerakan tersebut mengampanyekan untuk memilih "Tidak" untuk reformasi konstitusi.

Elemen kunci dalam reformasi konstitusi tersebut adalah mengubah proses pengambilan keputusan di Italia. Saat ini, kedua majelis parlemen di Italia memiliki fungsi dan kekuatan legislatif yang sama. Jika reformasi konstitusi disetujui, maka hanya Chamber of Deputies (majelis rendah) yang akan terlibat penuh dalam meloloskan undang-undang. Sementara senat (majelis tinggi) hanya menjadi badan perwakilan pemerintah daerah, namun masih memiliki sedikit kekuasaan legislatif terutama untuk reformasi konstitusi dan ratifikasi perjanijan Uni Eropa.

Perubahan penting yang kedua tersebut disinyalir akan memberikan negara lebih banyak kekautan dan menghapus otoritas lokal. Pendukung maupun kritikus saling memperdebatkan isu-isu potensi otoritas yang berlebihan di eksekutif dan akuntabilitas demokrasi yang berkurang dari senat baru.

Mundurnya Renzi, akan memberikan tekanan untuk melakukan pemilihan baru dan berpengaruh pada kelompok populis M5S, yang semakin populer di Italia sejak didirikan pada tahun 2009. Usai kemenangan "Tidak" pada reformasi konstitusi, mereka mulai mengampanyekan referendum untuk keluar dari Uni Eropa. Namun, pilihan tersebut masih dibatasi oleh hukum Italia yang tidak memungkinkan referendum mencabut perjanjian internasional.

Namun, bisa jadi, melihat keberhasilan suksesnya referendum keluar dari Euro seperti dilakukan Inggris, tampaknya aktivis-aktivis M5S tengah melihat potensi tersebut. Jika ini terjadi, maka bisa dipastikan Euro tak lagi menjadi mata uang tunggal di Italia.

Asa Bennet, seorang jurnalis politik di UK mengatakan bahwa melihat Euroskeptik sedang memiliki popularitas yang tinggi, "Quitaly" mungkin hanya persoalan waktu setelah Brexit. Dan tentu saja, "Quitaly" tersebut akan berpengaruh pada persoalan finansial negara-negara Eropa.[telegraph/independent]

TERKINI
Terinspirasi Lagu Taylor Swift di TTPD, Charlie Puth Segera Rilis Single `Hero` Tak Mau Punya Anak, Sofia Vergara Lebih Siap Jadi Nenek Raih Nominasi Aktor Terbaik di La La Land, Ryan Gosling Akui Sebuah Penyesalan Gigi Hadid Beri Bocoran Double Date dengan Taylor Swift dan Travis Kelce