Kamis, 09/12/2021 23:55 WIB
Baghdad, Jurnas.com - Pasukan militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) operasi di Irak. Langkah ini dilakukan untuk mengalihkan pasukan tersisa ke dalam peran pelatihan dan penasihat.
Koalisi pimpinan AS memulai misinya pada 2014 silam untuk mengalahkan ISIS, setelah kelompok militan itu mengambil alih wilayah yang luas di Irak dan negara tetangga Suriah.
Sejak kekalahan militer kelompok itu pada 2017, pejuang ISIS tidak dapat menguasai wilayah tetapi terus melancarkan pemberontakan tingkat rendah yang secara teratur, dengan membunuh tentara Irak dan warga sipil di daerah pegunungan dan gurun terpencil.
Koalisi juga mendapat serangan roket dan pesawat tak berawak oleh milisi Syiah yang didukung Iran, yang membantu mengalahkan ISIS. Karenanya dikatakan, tidak ada lagi pembenaran bagi pasukan Barat untuk berada di Irak.
Tampil Glamor dengan Rambut Pirang, Billie Eilish Merasa Bukan Jati Dirinya
Beberapa Bulan Lagi, Hampir 55 Juta Orang Terancam Kelaparan di Afrika Barat dan Tengah
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
"Saat kami menyelesaikan peran tempur kami, kami akan tetap di sini untuk memberi saran, membantu, dan memungkinkan ISF (pasukan keamanan Irak), atas undangan Republik Irak," kata komandan koalisi Mayor Jenderal John W. Brennan, Jr. dalam sebuah penyataan dikutip dari Reuters pada Kamis (9/12).
Komandan Irak Letnan Jenderal Abdul Amir al-Shammari mengatakan, pasukan Irak siap untuk menangani ancaman ISIS.
"Hari ini, kami memperbarui kemitraan kami dengan Koalisi, yang sekarang melayani dalam kapasitas baru, dengan misi untuk memberi nasihat, membantu, dan memungkinkan pejuang militer pemberani kami," ujar dia.
Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi menandatangani kesepakatan pada Juli lalu, untuk secara resmi mengakhiri misi tempur AS di Irak pada akhir 2021.
Keyword : ISIS Kelompok Militan Negara Islam Irak Amerika Serikat