Senin, 15/11/2021 09:17 WIB
Tripoli, Jurnas.com - Putra mendiang pemimpin Libya, Muammar al-Gaddafi, masuk dalam daftar kandidat dalam pemilihan presiden langsung pertama negara itu bulan depan.
Saif al-Islam Gaddafi pernah menjadi pewaris ayahnya, tetapi dukungannya untuk tindakan brutal terhadap pengunjuk rasa 10 tahun lalu menodai citranya. Sejak pemberontakan 2011 itu, Libya masih dilanda konflik.
Kelompok hak asasi telah menimbulkan kekhawatiran bahwa pemungutan suara, yang dijadwalkan pada 24 Desember, tidak akan berlangsung secara bebas dan adil.
Bahkan, sejumlah kekuatan dunia dan sekretaris jenderal PBB telah memperingatkan bahwa siapa pun yang mencoba menghalangi atau memalsukan hasil akan menghadapi sanksi.
Presiden Sementara Chad Memulai Kampanye Pemungutan Suara untuk Akhiri Kekuasaan Junta
Pecatan Pelatih Spanyol Mundur dari Majelis RFEF
Taiwan Pilih Ketua Parlemen yang Dianggap pro-Tiongkok
Dikutip dari BBC pada Senin (15/11), dalam foto dan video yang beredar di dunia maya menunjukkan Saif al-Islam Gaddafi duduk di depan poster untuk pemilihan mendatang, menandatangani surat-surat pemilihan.
Berjenggot dan mengenakan pakaian tradisional Libya, ia berbicara ke kamera dan mengutip sebuah ayat dari Alquran yang diterjemahkan, "hakim antara kami dan orang-orang kami dengan sebenarnya".
"Tuhan selalu menang dalam tujuannya. Bahkan jika orang-orang kafir membencinya," katanya lagi.
Saif al-Islam Gaddafi adalah gambaran yang sangat berbeda dari yang dia tunjukkan sebelum pemberontakan, yang menjatuhkan ayahnya pada tahun 2011, sebelum akhirnya ditangkap oleh milisi. Dia ditahan selama enam tahun, menerima hukuman mati yang kemudian dibatalkan.