Orang Minang Sudah Menjalankan Tiga Akar Pancasila

Minggu, 24/10/2021 20:02 WIB

Bukit Tinggi, Jurnas.com - Ketua Fraksi PKS MPR Tifatul Sembiring, mengutip kembali berita-berita seputar polemik pernyataan Puan Maharani, saat mengumumkan cagub dan cawagub PDIP untuk Sumatera Barat, pada 2 September 2020 lalu. Saat itu Puan melontarkan pandangan: “Semoga Sumatera Barat menjadi Propinsi yang memang mendukung Pancasila”.

Kalimat bernada harapan ini menurut Tifatul Sembiring justru memicu polemik. Ada yang protes, mengkritik, memberi pembelaan, bahkan mengadukan ke polisi, karena dianggap menghina. Bahkan karena polemik itu, cagub yang direkomendasikan PDIP sampai mengembalikan surat dukungan tersebut.

Tifatul melihat, kesalah pahaman ini lebih kepada persolan rasa bahasa, antar komunikator dan komunikan. Orang Minang sudah terbiasa dengan petatah petitih, isyarat, kalimat sindiran, dan satire. Bahkan, ungkapan-ungkapan tersebut sudah jadi makanan sehari-hari bagi orang Minang.

Akibatnya, ungkapan Puan, yang belum dibungkus kata-kata puitis tadi, ditangkap masyarakat Minang sebagai sindiran tajam, bahwa orang Sumbar tidak Pancasilais.

“Husnu zhon saya, sebenarnya maksud ibu Puan bukan itu. Mungkin berharap kualitas pemahaman Pancasila orang Minang semakin ditingkatkan,” kata Tifatul Sembiring menambahkan.

Pernyataan itu disampaikan Tifatul Sembiring, saat menjadi pembicara kunci pada seminar nasional dengan tema “Bagaimana Orang Minang Mempraktekkan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari. Seminar nasional itu berlangsung di Wisma Bung Hatta, Bukittinggi, Sabtu (23/10/2021).

Tifatul berharap peserta seminar tidak terus membahas ketersinggungan, perasaan. Lebih baik membicarakan berbagai persoalan yang lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara.

“Topik kita hari ini lebih ilmiah, tidak sekedar debat kusir. Mengungkap Pancasila sebagai konsensus nasional, yang telah terbukti bisa mempertahankan keutuhan NKRI yang sangat majemuk ini," ujar Tifatul.

Sementara itu Yudi Latief dalam paparannya antara lain mengatakan, akar Pancasila itu ada tiga: yaitu, keagaamaan, kebangsaan atau nasionalisme dan Sosial Ekonomi.

“Nah, ketiga akar ini sudah terwakili oleh tokoh-tokoh Minangkabau di sepanjang sejarah bangsa Indonesia ini,” ujar Yudi.

Orang Minang, kata Yudi Latif sudah menjalankan akar Pancasila. Tokoh Minang yang mewakili sisi keagamaan, adalah Agoes Salim, Buya Hamka, hingga Sutan Mansyur. Yang merepresentasikan nasionalisme kebangsaan seperti Syafruddin Prawiranegara. Sementara dari Sisi sosial ekonomi terdapat nama Bung Hatta, serta Tan Malaka.

Dari fakta sejarah, terjawab bahwa orang Minangkabau, Sumatera Barat, paling lengkap menampilkan tokoh-tokoh nasional yang merepresentasikan akar-akar Pancasila. Bahkan ada tokoh-tokoh Minang yang punya andil melahirkan butir-butir Pancasila.

Seperti, kata musyawarah adalah usulan Agoes Salim. Meskipun, teks Pancasila yang dimuat dalam Pembukaan UUD NRI 1945 adalah usulan tertulis dari Prof. Muhammad Yamin, anak dari ayahnya yang berasal dari Sawahlunto dan ibu dari Padang panjang, Sumbar. Sejarah juga mencatat, Muhammad Yamin adalah salah seorang deklarator Sumpah pemuda 1928.

“Kita ini surplus klaim, tapi miskin tindakan. Ngaku Pancasila, akan tetapi tindakannya justru melawan nilai-nilai Pancasila itu sendiri," kata Yudi Latif lagi.

TERKINI
Berbeda dengan Berkeley, UCLA Tangani Protes Mahasiswa Pro-Palestina dengan Panggil Polisi Parlemen Vietnam Dukung Pengunduran Diri Ketua di Tengah Upaya anti-Suap Protes Kampus Jadi Tantangan Kampanye Terpilihnya Kembali Biden dan Partai Demokrat Korea Selatan Tingkatkan Kewaspadaan Diplomatik dengan Alasan Ancaman Korea Utara