https://www.jurnas.com/images/img/conf-Jurnas_11.jpg
Beranda News Ekonomi Ototekno Hiburan Gaya Hidup Olahraga Humanika Warta MPR Kabar Desa Terkini

Hari Buku Seduania Diperingati 23 April, Ini Sejarah hingga Tujuannya

Agus Mughni | Rabu, 23/04/2025 22:10 WIB

Ilustrasi - Peringatan Hari Buku Sedunia (Foto: Pexels/Marina Leonova)

Jakarta, Jurnas.com - World Book Day atau Hari Buku Sedunia, yang secara global diperingati setiap tanggal 23 April, merupakan sebuah momen penting untuk merayakan kekuatan buku dalam membentuk masyarakat yang lebih berpengetahuan, inklusif, dan berkeadilan. Peringatan ini digagas oleh UNESCO sejak tahun 1995.

Mengtuip berbagai sumber, tanggal 23 April dipilih sebagai Hari Buku Sedunia bukan sekadar pilihan acak. Ia mengandung simbolisme sastra yang kuat, yakni pada 23 April 1616, dunia kehilangan dua tokoh besar—William Shakespeare dan Miguel de Cervantes.

Menariknya, penulis asal Spanyol, Vicente Clavel Andrés, lah yang pertama mengusulkan tanggal ini, awalnya untuk menghormati Cervantes. Namun karena bertepatan dengan wafatnya beberapa sastrawan besar lainnya—termasuk Inca Garcilaso de la Vega—UNESCO akhirnya menetapkan tanggal ini sebagai Hari Buku Sedunia.

Baca juga :
Tumbuhkan Minat Baca Masyarakat Demi Pembangunan Nasional yang Lebih Baik

UNESCO merancang Hari Buku Sedunia untuk memperluas akses terhadap buku dan pengetahuan, serta memperkuat budaya baca lintas generasi. Membaca bukan hanya soal menikmati cerita—ia meningkatkan fungsi kognitif, memperluas wawasan budaya, memperdalam empati, bahkan terbukti menurunkan stres.

Dalam perayaan ini, perlindungan hak cipta juga menjadi sorotan penting. Penghormatan terhadap hak kekayaan intelektual mendorong ekosistem kreatif yang sehat, di mana para penulis, penerbit, dan ilustrator diberi ruang dan penghargaan yang layak atas karya mereka.

Baca juga :
Peningkatan Minat Baca Masyarakat Harus Mampu Dimanfaatkan Sebaik-baiknya

Setiap tahun, UNESCO juga menetapkan satu kota sebagai World Book Capital atau Ibu Kota Buku Dunia. Mengutip laman UNESCO, untuk tahun 2025, giliran sebuah kota di Brasil yang mendapat kehormatan ini.

Fokus utamanya? Menunjukkan bagaimana buku bisa jadi alat perubahan sosial—dari pendidikan, pengentasan kemiskinan, hingga pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Baca juga :
Gerakan Literasi Nasional Butuh Dukungan Semua Pihak

Brasil akan mengikuti jejak kota-kota seperti Madrid, Kuala Lumpur, hingga Accra dalam menggelar program literasi lintas usia dan sektor, menjangkau komunitas yang selama ini kurang terakses buku.

Lebih dari 100 negara turut merayakan Hari Buku Sedunia dengan berbagai kegiatan seperti pembacaan karya sastra, diskusi, lokakarya, hingga penandatanganan buku. Di Indonesia sendiri, agenda seperti bazar buku murah, program tukar buku, dan kompetisi literasi di sekolah ikut menyemarakkan peringatan ini.

Namun, di Indonesia masih ada pekerjaan rumah yang tak bisa diabaikan, yakni rendahnya minat baca generasi muda Indonesia. Menurut data UNESCO, tingkat literasi di Indonesia masih tertinggal dibanding negara Asia Tenggara lainnya. Ini menjadi sinyal penting bahwa strategi literasi harus adaptif, kreatif, dan relevan dengan realitas digital saat ini. (*)

(Agus Mughni)
KEYWORD :

Hari Buku Sedunia Peringatan Hari Buku Minat Baca

https://journals.daffodilvarsity.edu.bd/?login=

toto macau

dota777 pulsa777 daftar pulsa777