Jakarata, Jurnas.com - Setiap tahun, terutama pada bulan April, puncaknya 21 April, nama R.A. Kartini kembali menggema. Tanggal 21 April di Indonesia biasanya diperingati sebagai Hari Kartini.
Hari Kartini tak hanya tentang kebaya dan upacara seremonial. Lebih dari itu, peringatan Hari Kartini merupakan momentum untuk merefleksikan semangat perjuangan, pemikiran, dan harapan R.A. Kartini dalam wujud yang relevan dengan zaman.
Salah satun cara memperingati Hari Kartini bisa lewat karya sastra, seperti puisi tentang Kartini yang pendek tapi penuh makna. Puisi pendek tentang Kartini bisa menjadi bentuk apresiasi yang sederhana, namun penuh arti. Semangat Kartini tidak harus dibingkai dalam narasi sejarah yang kaku.
Berikut ini beberapa contoh puisi Kartini pendek tapi bermakna yang bisa menggugah hati sekaligus memberi inspirasi terkait kesadaran akan arti perjuangan perempuan. Cocok dibacakan di sekolah, dibagikan di media sosial, atau bahkan dijadikan refleksi pribadi.
Tak lagi berkebaya,
tapi semangatmu tetap menyala.
Di ruang kerja, di jalan sunyi—
Kartini hidup dalam diri perempuan.
"Langkahmu kecil, tapi mengguncang zaman.
Huruf-hurufmu meretas dinding batas.
Kami menulis hari ini, karena kau pernah bersuara."
Pena menari di malam sunyi,
Mimpi Kartini tak berhenti.
Meski tubuh terkubur bumi,
Fikirnya hidup, tak mati.Baca juga :
Enam Wanita Tangguh Berkiprah di Sektor Pangan
Puisi ini menggambarkan bahwa pemikiran Kartini melampaui zamannya—ia hidup dalam ide dan semangat perempuan masa kini.
Tak perlu mahkota, tak perlu takhta,
Kartini bersinar dari kata.
Di timur ia bangkitkan mentari,
Agar perempuan tak lagi sendiri.
Puisi ini melukiskan keberanian Kartini dalam melawan stigma sosial dan patriarki demi masa depan yang lebih setara.
Dari Jepara, cahaya kecil,
Menyala lembut, tak pernah kerdil.
Terangi jalan, pecah sekat,
Hingga perempuan tak lagi penat.Habis gelap terbitlah terang
Puisi ini menggambarkan bawa Kartini sebagai simbol harapan yang lahir dari kota kecil, tapi memberi pengaruh besar bagi perempuan Indonesia.
(Agus Mughni)