https://www.jurnas.com/images/img/conf-Jurnas_11.jpg
Beranda News Ekonomi Ototekno Hiburan Gaya Hidup Olahraga Humanika Warta MPR Kabar Desa Terkini

Mengenal Ruwahan, Tradisi Masyarakat Jawa di Bulan Syaban

Agus Mughni | Kamis, 06/02/2025 21:45 WIB

Tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Ruwah (kalender Jawa) atau Sya`ban (kalender Hijriah), sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah meninggal. Ilustrasi Tradisi Ruwahan di bulan Ruwah yang bertepatan dengan bulan Syaban di Kalurahan Banjarejo, Gunungkidul, Yogyakarta, Jawa Tengah (Foto: Kalurahan Banjarejo)

Jakarta, Jurnas.com - Menjelang bulan Ramadan, tepatnya mulai pertengahan bulan Syaban, ada salah satu tradisi yang terus dilestarikan oleh masyarakat Indonesia terutama di Jawa, yakni tradisi ruwahan. Tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Ruwah (kalender Jawa) atau Sya`ban (kalender Hijriah), sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah meninggal.

Tradisi ini diartikan sebagai momen untuk mengirimkan doa bagi arwah orang tua, saudara, atau kerabat yang telah berpulang. Mengutip berbagai sumber, ruwahan berasal dari istilah Jawa “Ngluru Arwah,” yang berarti ‘mengenang arwah atau leluhur’.

Tradisi ruwahan tidak hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai cara untuk mendoakan agar arwah mereka mendapatkan tempat yang baik di sisi Tuhan. Di dalam pelaksanaannya, masyarakat Jawa di bulan Ruwah melakukan serangkaian kegiatan yang penuh dengan makna. Salah satunya ialah membersihkan makam para leluhur.

Baca juga :
Apem Jawa, Kue Tradisional Pelengkap Ruwahan di Bulan Syaban

Setelah itu, mereka melanjutkan dengan membaca doa sebagai bentuk permohonan agar arwah-arwah tersebut diberikan pengampunan dari dosa-dosa mereka semasa hidup.

Di Kalurahan Banjarejo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Jawa Tengah misalnya, masyarakat masih menjaga dan melestarikan tradisi ini dengan acara kenduri. Kenduri ini melibatkan doa bersama dan berbagi hidangan, yang bertujuan mempererat tali silaturahmi antar tetangga dan keluarga.

Baca juga :
Kenapa Syaban Disebut Bulan Ruwah? Ini Makna dan Penjelasannya

Dikutip dari laman Kelurahan Banjarejo, penyelenggaraan kenduri dimulai pada pertengahan bulan Sya`ban, bertepatan dengan persiapan bulan Ramadhan. Pasar-pasar pun ramai dengan permintaan bahan makanan untuk selamatan, seperti beras, bumbu, dan lauk-pauk.

Kenduri ini merupakan acara berkumpul bersama di mana masyarakat mengadakan doa bersama, memanjatkan harapan, dan memohon ampunan untuk para leluhur yang telah meninggal. Tujuan utama dari kenduri dalam tradisi Ruwahan ini tidak jauh berbeda dengan ajaran agama Islam, yakni memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar para leluhur diampuni dosa-dosanya, diterima amal baiknya, dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya.

Baca juga :
Kumpulan Bacaan Shalawat dan Keutamaannya di Bulan Syaban

Meskipun tidak ada kewajiban untuk mendoakan leluhur hanya di bulan Ruwah, bulan ini tetap dianggap istimewa bagi masyarakat Jawa. Sya`ban atau Ruwah dipandang sebagai waktu yang penuh berkah untuk berdoa dan memperbanyak amal, termasuk mendoakan yang telah meninggal.

Dengan demikian, ruwahan bukan sekadar ritual, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sosial masyarakat. Tradisi ini memperkuat kebersamaan, gotong royong, dan ikatan sosial antarwarga, sekaligus menjaga kearifan lokal.

Secara keseluruhan, ruwahan mengajarkan kita untuk menghargai warisan leluhur dan mempererat hubungan antar sesama. Melalui tradisi ini, masyarakat tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membangun semangat kebersamaan dan kepedulian sosial.

(Agus Mughni)
KEYWORD :

Bulan Syaban Bulan Ruwah Ruwahan Tradisi Jelang Ramadan

https://journals.daffodilvarsity.edu.bd/?login=

toto macau

dota777 pulsa777 daftar pulsa777