Remaja Wajib Tahu Kesehatan Reproduksi Agar Terhindar dari Penyakit Menular Seksual

Kamis, 22/07/2021 16:42 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Data sensus penduduk tahun 2020 Jumlah remaja (usia 10 – 24 tahun) sebesar 67 juta jiwa atau sebesar 24% dari total penduduk Indonesia, maka Remaja menjadi Fokus Perhatian penting dalam pembangunan Nasional.

Dalam Program Prioritas Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki kontribusi terhadap Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi (Kespro), dengan fokus strategi salah satunya adalah peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan reproduksi bagi remaja.

Masalah kesehatan reproduksi pada remaja berkaitan erat dengan perilaku remaja yang berisiko, di antaranya yaitu merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah.

Berdasarkan hasil survei SDKI Tahun 2017 menunjukkan terdapat 55% remaja pria dan 1% wanita merokok, 15 % remaja pria dan 1% remaja wanita menggunakan obat terlarang, 5% remaja pria minum minuman beralkohol, serta 8% pria dan 1% wanita yang pernah melakukan hubungan seksual saat pacaran.

Direktur Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN, Mukhtar Bakti mengatakan, perilaku berisiko remaja disebabkan oleh rendahnya pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dimana dapat berisiko memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.

"Misalnya terkait penyakit menular seksual dan kelahiran pada remaja yang mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan," jelas Mukhtar saat membuka kegiatan Hari Puncak Ajang Kreativitas di Komunitas Remaja Ajang Kespro Kawula Muda (AKUKAMU), Jakarta, Kamis (22/7.)

Pada kesempatan yang sama Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan,  sebetulnya tidak sulit menjadi remaja yang melek kespro bisa dimulai dari yang ringan-ringan di kehidupan sehari-hari itu menarik.

"Sebagai contoh perempuan menstruasi tetapi banyak yang tidak tahu mengenai menstruasi. Kalau ditanya kapan batas umur menstruasi dan mengapa belum menstruasi tapi banyak yang tidak tahu," kata Hasto.

"Ada remaja yang tidak tahu anemia, karena mau menikah dia dietnya ketat sekali sehingga anemia, Hb nya rendah sekali setelah itu dia tidak cek Hb waktu nikah, kemudian dia hamil dalam keadaan anemia," sambungnya.

Saat ini, kata Hasto, hampir 43 persen lebih wanita hamil dalam keadaan anemia, anaknya kemudian jadinya stunting. "Ini sangat sederhana sekali, karena mereka tidak sadar bahwa kalau menstruasi ternyata mengeluarkan darah kurang lebih 200 cc setiap menstruasi, berarti setelah mengeluarkan darah 200cc asupan gizinya harus cukup supaya tidak anemia," ujarnya.

Menurut Hasto, ada wanita yang hamil dibawah umur 21 tahun, 14,15,16 tahun sudah hamil, padahal Tuhan menciptakan panggul perempuan dewasa hanya berukuran 10 cm yang sesuai dengan ukuran kepala bayi, tetapi banyak remaja yang tidak mengerti kawin di bawah usia 21 tahun bisa menyebabkan kematian bayi dan pendarahan pada ibu.

"Begitu hamil tulangnya diambil oleh bayinya, remaja perempuan yang sudah hamil di bawah usia 21 tahun tidak bisa tambah tinggi karena tulangnya diambil oleh bayinya, sehingga perempuan itu kalau sudah umur 50 tahun mulai menopause tulangnya keropos sehingga mudah patah ketika jatuh, dan itu ada hubungannya waktu hamil terlalu muda," kata Hasto.

TERKINI
Narkoba, Selebgram Chandrika Chika Cs Dikirim ke Lido untuk Rehabilitasi 50 Musisi Akan Ramaikan Jakarta Street Jazz Festival 2024, Ada Tompi sampai Andien Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina untuk Ganggu Pasokan Senjata AS Rilis 11 Album, Musik Taylor Swift Dikritik Vokalis Pet Shop Boys Mengecewakan