Myanmar Target Vaksinasi Setengah Populasinya saat Kasus COVID-19 Melonjak

Selasa, 20/07/2021 16:38 WIB

Naypyidaw, Jurnas.com - Kementerian Kesehatan yang dikendalikan militer Myanmar memperkirakan setengah dari populasi akan divaksinasi terhadap COVID-19 tahun ini. Itu dilaporkan, sehari setelah pihak berwenang mengumumkan rekor penghitungan kematian akibat virus corona.

Target inokulasi datang ketika upaya negara itu untuk menahan peningkatan infeksi yang eksponensial telah dilemparkan ke dalam kekacauan oleh gejolak sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari.

Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa hanya sekitar 1,6 juta orang telah diinokulasi dari populasi 54 juta, tetapi mengatakan vaksin terus diimpor untuk memastikan bahwa 100 persen populasi divaksinasi sepenuhnya.

Laporan itu mengatakan, sekitar 750.000 dosis vaksin China akan tiba pada hari Kamis dan lebih banyak lagi selama dua hari berikutnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Senin bahwa pihaknya meningkatkan upaya untuk memerangi "lonjakan yang mengkhawatirkan" dalam kasus COVID-19 dan mengharapkan Myanmar menerima cukup vaksin melalui fasilitas COVAX tahun ini untuk 20 persen populasi.

Myanmar mencatat rekor 281 kematian COVID-19 pada Senin, dan 5.189 infeksi baru, MRTV Television yang dikelola pemerintah melaporkan, mengutip angka-angka kementerian kesehatan.

Tetapi petugas medis dan layanan pemakaman mengatakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka pemerintah militer, dan krematorium kelebihan beban.

Menggambarkan tingkat penyebaran virus, China pada hari Selasa melaporkan penghitungan harian tertinggi infeksi baru sejak Januari, sebagian besar terkait dengan warga negara China yang kembali ke provinsi Yunnan dari Myanmar.

Zaw Wai Soe, menteri kesehatan Pemerintah Persatuan Nasional, yang dibentuk sebagai pemerintahan bayangan oleh penentang kekuasaan militer, dikutip oleh situs web Radio Free Asia yang didanai AS mengatakan, hingga 400.000 nyawa bisa hilang jika tindakan cepat tidak diambil untuk memperlambat infeksi.

Para pengkritik junta juga mengatakan banyak nyawa telah hilang karena pembatasannya pada beberapa pemasok oksigen swasta atas nama penghentian penimbunan.

Reuters tidak dapat menghubungi kementerian kesehatan atau juru bicara junta untuk mengomentari wabah tersebut dan tanggapannya. (Reuters)

TERKINI
Jessica Alba Jadi Komando Pasukan Khusus di Trigger Warning Tinggalkan Dunia Modeling, Bella Hadid Ungkap tak Perlu Pasang Wajah Palsu Pangeran William Beri Kabar Terbaru tentang Kesehatan Kate Middleton Hati-hati, Meski Marah Cuma 8 Menit Bisa Berisiko Kena Serangan Jantung