Perancang Busana Bung Karno, Samuel Wattimena: Local is The New Global

Senin, 21/06/2021 09:50 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Presiden sebagai pimpinan dan simbol negara, tentu harus memperhatikan busana yang dikenakan. Jas, kemeja putih, dasi dan peci jadi pakaian paling umum tiap presiden.

Begitu juga dengan Presiden Soekarno, mulai dari seragam kenegaraannya yang selalu tampak necis hingga gaya casualnya.

"Penampilan Bung Karno lahir dari pesona serta kharisma Bung Karno," ujar perancang busana Samuel Wattimena di acara "Talkshow & Musik Bung Karno Series" Episode 20 bertema "Bung Karno dan Fashion" yang digelar Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, Minggu (20/06/2021).

Dalam acara yang dipandu dua perempuan milenial pegiat kebangsaan, Patricia Arstuti dan Dyk Dyka itu, Samuel mengatakan gaya busana Bung Karno muncul dari dalam dirinya.

"Bung Karno itu seorang trendsetter dan juga seseorang yang mempunyai visi yang jauh ke depan," jelas pria kelahiran Jakarta, 25 November 1960 ini.

Sammy--sapaan akrabnya mengatakan bahwa pesona dan kharisma seorang penguasa memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilupakan. Bung Karno sejak aktif dalam pergerakan kemerdekaan hingga menjadi seorang nomor satu di Indonesia selalu memperhatikan detil penampilannya.

Saking perhatiannya, Bung Karno disebut-sebut sampai memastikan hal-hal kecil seperti bentuk pakaian dan keserasian warna.

Perancang mode yang fokus pada kain nusantara menuturkan, Bung Karno sangat yakin bahwa cara berpakaian yang digunakan akan menunjukkan derajat seseorang.

Lewat apa yang dikenakan, sejatinya Bung Karno hendak menunjukkan bahwa Indonesia sejajar dengan negara-negara lain di dunia.

"Jadi beliau sangat memahami, bahwa apapun yang beliau ucapkan, kenakan dan pilih, semua harus efisien. Jadi harus memberikan dampak," kata Sammy.

Sammy yang merupakan penerima Apresiasi Ikon Prestasi Pancasila 2020 ini menggarisbawahi salah satu unsur Trisakti cetusan Bung Karno; berkepribadian di bidang kebudayaan,  berdaulat di bidang politik dan berdikari di bidang ekonomi.

"Karena itulah, apapun yang dikenakan Bung Karno akan memberikan pengaruh besar bagi masyarakat dan dunia. Tekad beliau, lewat kebudayaan, membawa Indonesia untuk sejajar dengan negara-negara lain di dunia," beber seniman yang pernah menjabat Staf Khusus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 2014-2019.

Meski Bung Karno mengenakan pakaian modern seperti jas, dasi, dan kacamata, ditambah menenteng tongkat, tapi satu hal tidak lepas dari identitas sebagai bangsa Indonesia, yaitu memakai peci hitam.

Gaya Bung Karno mengenakan setelan jas, sejatinya memosisikan penampilannya dalam standar internasional.

"Gayanya yang universal, sangat dunia, sangat global, tapi beliau memakai peci untuk menunjukan global ini dengan identitas bangsa Indonesia. Tongkat pun merupakan bagian dari gestur untuk menunjukan kepemimpinannya," tambah Sammy.

Selain itu, Bung Karno memang dikenal senang memakai seragam jas putih bergaya militer dengan empat saku plus seabrek bintang jasa di dada. Karakteristik ini menunjukkan bahwa Bung Karno merupakan panglima tertinggi yang akan membuat bangga rakyatnya dan menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia secara psikologis melalui penampilan pemimpinnya.

Di akhir diskusi, Sammy memberi pesan untuk tidak menyeragamkan apa yang beragam. Keragaman adalah kelebihan Indonesia. Untuk itu, kita tidak usah memperdebatkan mana busana Indonesia yang sebenarnya.

"Semua busana yang beragam adalah kelebihan Indonesia. Kita punya banyak kekayaan dalam kebudayaan kita. Local is the new global. Dengan memahami apa yang kita miliki, itu adalah kekuatan kita saat masuk ke dunia global," pungkas Sammy.

 

TERKINI
Sinergi Kementan-Kodim 1910 Malinau Tingkatkan Produksi dengan Perluas Areal Tanam Baru Kejagung Bakal Sita Aset Sandra Dewi Jika Terima Uang Korupsi Timah KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Kasus Pungli KPK Sita Rp48,5 Miliar Terkait Suap Bupati Labuhanbatu