Tenang, Ono Surono Yakin Stok Beras Saat Lebaran Idul Fitri Aman

Kamis, 25/03/2021 17:38 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Ono Surono, menegaskan bahwa stok beras pada hari raya lebaran Idul Fitri pada Mei 2021 masih sangat mencukupi alias aman.

Karena itu, Ono menilai tak ada alasan bagi pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan untuk melakukan kebijakan impor beras.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, kata Ono, Januari hingga April 2021 adalah masa panen raya, dan produksi padi Indonesia bisa mencapai 14,54 juta ton.

Data tersebut juga mengacu pada asumsi konsumsi masyarakat pada rentang waktu tersebut hanya 9,72 juta ton. Sehingga ada surplus tuh sampai bulan April 4,81 juta ton.

"Nah sehingga tentunya dari data yang disajikan Kementerian Pertanian tidak ada krisis pangan, khususnya beras sampai menjelang Mei atau menjelang bulan Ramadhan atau hari raya Idul Fitri," kata Ono saat berbicara dalam webinar yang diselengarakan organisasi sayap PDIP, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), Kamis (25/3/2021).

Menurut Ono, persoalan impor beras sebanyak 1 juta ton yang baru-baru ini mengemuka, bisa juga dilihat dari paparan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso saat hadir dalam rapat dengar pendapat dengan parlemen belum lama ini. Ia menyinggung kejadian tahun 2018, impor beras mencapai 2,25 juta ton. Bulog sendiri mendapat penugasan sebanyak 1,75 juta ton.

Berdasarkan laporan itu juga disampaikan, masih ada sisa stok melebih 1 juta ton dari cadangan Bulog yang belum terserap.

"Bahwa stok beras pada Bulog itu, baik yang merupakan cadangan beras pemerintah yang berjumlah 859 ribu lebih ton dan beras komersial yang berjumlah 23 ribu ton, dengan asumsi juga bahwa Bulog melakukan penyerapan sampai pada April 2021, ini diperkirakan jumlah totalnya sudah di atas 1 juta ton," kata Ono yang dikenal lama bergelut di sektor pertanian.

Ono pun bertanya-tanya, pengambilan keputusan impor beras yang terjadi pada rapat terbatas antar pejabat di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian. Apakah pertimbangan mengambil keputusan itu menyikapi isu global terkait krisis pangan terkait dampak pandemi Covid-19.

Jika benar, menurut Ono, hal itu tidak tepat karena krisis pangan versi global yang dimaksud bukan komoditas langka di Tanah Air. Sebaliknya, kebijakan impor beras yang diambil justru bersamaan dengan masa panen petani.

"Nah tetapi krisis pangan yang berujung pada inflasi atau kenaikan kalau berhubungan dengan sumber pangan yang ada di Indonesia hanya 4 jenis pangan saja sebenarnya yang akan berpotensi mengalami kenaikan. Yang pertama adalah kedelai, kedua adalah daging, ketiga adalah gula dan ke-empat bawang putih. Karena memang sampai dengan saat ini Kementerian Pertanian belum mampu bisa memenuhi sumber pangan tersebut untuk kebutuhan rakyat Indonesia," kata Ono.

"Sehingga ya sekali lagi isu global ini juga jangan dijadikan satu-satunya dasar bicara bagaimana memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia," sambungnya.

Ono menegaskan, partainya sangat tegas menolak impor beras. Apalagi partai banteng amat melekat dengan ideologi Marhaen. Yakni ideologi yang kemudian dinamakan oleh sang proklamator Bung Karno karena hubungannya dengan seorang petani bernama Marhaen. Saat itu Bung Karno berdialog dengan Marhaen, dan takjub mempunya alat produksi sendiri, lahan sendiri, dan mampu menghidupi keluarganya. 

"PDI Perjuangan tidak akan pernah lepas dari Marhaenisme. Jadi karena marhaenisme dari petani, pak Marhaen, jadi alangkah kualatnya kalau PDI Perjuangan tidak mendukung para petani untuk meraih kesejahterannya," tandas Ono.

TERKINI
Genjot Penjualan di China, Toyota Gandeng Tencent Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore