Minggu, 17/01/2021 16:35 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso menilai masuknya beras impor sebanyak 300 ton ke Pasar Induk Cipinang menganggu pasar dalam negeri.
Beras impor biasa yang bermodus beras `khusus` itu dinilai mengganggu pasar dalam negeri lantaran produksi beras saat ini sudah surplus 7,4 juta ton, harga dalam negeri cukup stabil dan masa panen petani yang tinggal menghitung hari.
"Jadi kondisi ini kalau kemudian digelontorkan beras biasa tapi kantongnya `beras khusus` ini kan pasti mengganggu pasar. Nah, kalau mengganggu pasar akhirnya mengganggu serapan pasar dari produksi dalam negeri. Padahal bulan depan ini sudah akan panen," ujar Sutarto saat dihungungi Jurnas.com, Minggu (17/1).
Menurut Sutarto, impor beras selama ini hanya diperuntukkan untuk beras khusus, yang belum diproduksi di dalam negeri. Itupun importir serta kuota impornya sudah terdaftar di Kementerian atau lembaga pemerintah yang membidangi pangan.
Syarief Hasan: Melemahnya Rupiah jadi Ancaman Langsung pada Stabilitas Ekonomi
Masuknya 1000 Ton Impor Beras Asal Vietnam Mencekik Petani di Pulau Sumbawa
Perpadi Puji Gebrakan Mentan Amran Tambah Alokasi Pupuk
"Beras khusus itu yang masuk menurut lebelnya seperti `beras khusus`, tapi isinya beras biasa. Karena itu, pasti ini ulah pemburu rente beras. Ulah yang ingin mencari keuntungan," ujar Sutarto.
Karena itu, Perpadi mengimbau pemerintah agar segera turun tangan menertibkan para pelaku importasi tersebut dan mengetatkan pengawasan guna melindungi pasar dalam negeri dan juga para petani.
"Teman-teman (Perpadi) juga sangat keberatan. Karena pada akhirnya kan petani yang paling dirugikan kalau produksinya tidak diserap. Karena itu, teman-teman di DKI mengimbau agar pemerintah segera turun tangan," kata Sutarto.
"Nah, kemarin perkembagannya saya sudah dapat laporan, Satgas Pangan sudah turun tangan untuk mengungkap pelakunya, kemudian tentunya perlu tindakan tegas, sesuai peraturan," sambungnya.