Jum'at, 04/12/2020 06:44 WIB
New York, Jurnas.com - Presiden Dewan Uni Eropa, Charles Michel menyerukan perjanjian internasional tentang pandemi, mendesak dunia untuk belajar dari virus corona (COVID-19) dan lebih siap untuk masa depan.
Pada KTT virtual PBB tentang COVID-19, Michel mengatakan, sebuah perjanjian akan membantu koordinasi penelitian, berbagi informasi, dan akses yang adil ke perawatan kesehatan.
"Jumlah epidemi telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Kami tahu bahwa dunia berpotensi dilanda pandemi besar. Namun kami tidak siap. Oleh karena itu, ada semacam kegagalan dan kami perlu menarik pelajaran dan konsekuensinya," kata Michel.
Michel menunjuk pada kerja sama global yang belum pernah terjadi sebelumnya pada vaksin yang telah mengarah pada perkembangannya kurang dari setahun setelah kasus COVID-19 pertama dilaporkan di China, jauh lebih cepat daripada kerangka waktu historis untuk vaksin.
Importir Khawatir Pasokan Makanan Berkualitas Terganggu karena Pengecekan di Brexit
Dukung Persenjataan Ukraina, Uni Eropa akan Alihkan Keuntungan dari Aset Rusia
Rusia Makin Maju, Eropa Bantu Pasok Kebutuhan Militer Ukraina
Menurut Michel, sebuah perjanjian akan berada dalam kerangka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan tujuan yang mencakup pembiayaan dan koordinasi penelitian yang lebih baik.
"Tujuan kami harus menjamin akses ke vaksin, pengobatan dan tes untuk pandemi di masa depan. Ini harus ditetapkan dalam perjanjian," kata Michel, mantan perdana menteri Belgia.
Ia menyerukan pemantauan yang lebih luas terhadap penyakit menular pada hewan lain, jalur paling umum menuju pandemi yang menyerang manusia.
"Perjanjian itu juga bisa memacu pengembangan skala tingkat kewaspadaan yang lebih luas ketika pandemi muncul di masa depan," katanya.
Sebuah perjanjian formal kemungkinan akan menghadapi kesulitan di Amerika Serikat (AS), di mana dua pertiga suara di Senat diperlukan untuk ratifikasi perjanjian.
Presiden Donald Trump yang akan keluar telah menolak untuk mengambil bagian dalam upaya berbagi vaksin dan mulai menarik AS dari WHO, yang dia tuduh terikat pada China. (AFP)