Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Hasilkan Respons Imun yang Kuat

Sabtu, 26/09/2020 11:30 WIB

New Brunswick, Jurnas.com - Dosis tunggal vaksin virus corona (COVID-19) eksperimental Johnson & Johnson (J&J) menghasilkan respons kekebalan yang kuat terhadap COVID-19 dalam uji klinis tahap awal hingga pertengahan.

Vaksin, yang disebut Ad26.COV2.S, sama-sama ditoleransi dengan baik pada dua dosis berbeda, hasilnya menunjukkan. Satu suntikan, dibandingkan pendekatan dua dosis saingan yang sedang diuji oleh Moderna dan Pfizer, dapat menyederhanakan distribusi vaksin.

Namun, tidak jelas apakah orang lanjut usia, salah satu populasi yang paling berisiko terhadap virus yang menyerang pernaspasan tersebut, akan dilindungi dengan tingkat yang sama seperti orang yang lebih muda dengan vaksin J&J.

Uji coba pada hampir 1.000 orang dewasa sehat, yang didukung pemerintah Amerika Serikat (AS), dimulai setelah vaksin J&J ditemukan pada bulan Juli untuk menawarkan perlindungan yang kuat dalam dosis tunggal kepada monyet.

Berdasarkan hasil saat ini, J&J pada Rabu memulai uji coba 60.000 orang terakhir, yang dapat membuka jalan bagi aplikasi untuk persetujuan regulasi. Perusahaan itu mengatakan mengharapkan hasil dari apa yang disebut uji coba Tahap 3 pada akhir tahun atau awal tahun depan.

Para peneliti, termasuk dari unit J&  Janssen Pharmaceuticals, mengatakan 98% peserta dengan data yang tersedia untuk analisis sementara memiliki antibodi penawar, yang melindungi sel dari patogen, 29 hari setelah vaksinasi.

Namun, hasil tanggapan kekebalan tersedia hanya dari sejumlah kecil orang, yaitu 15 peserta berusia di atas 65 tahun, membatasi interpretasi.

Pada peserta yang berusia lebih dari 65 tahun, tingkat reaksi yang merugikan seperti kelelahan dan nyeri otot adalah 36%, jauh lebih rendah daripada 64% yang terlihat pada peserta yang lebih muda, hasil menunjukkan, respons kekebalan pada orang tua mungkin tidak sekuat itu.

Para peneliti mengatakan rincian lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas akan menyusul setelah penelitian selesai.

Untuk saat ini, kata  Barry Bloom, seorang profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan, hasil tersebut membenarkan mengapa lebih banyak penelitian diperlukan dalam jumlah yang lebih besar untuk mencari efek samping yang serius.

"Secara keseluruhan, vaksin melakukan apa yang Anda harapkan jika Anda memindahkannya ke uji coba Tahap 3," kata Bloom kepada Reuters.

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih