Senin, 07/09/2020 09:17 WIB
Riyadh, Jurnas.com - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa negara Teluk ingin melihat solusi yang adil dan permanen untuk masalah Palestina, yang merupakan titik awal untuk Prakarsa Perdamaian Arab 2002.
Kedua pria itu berbicara melalui telepon menyusul kesepakatan yang ditengahi AS bulan lalu di mana Uni Emirat Arab (UEA) setuju untuk menjadi negara Arab ketiga setelah Mesir dan Yordania untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Raja Salman mengatakan kepada Trump menghargai upaya AS untuk mendukung perdamaian dan bahwa Arab Saudi ingin melihat solusi yang adil dan permanen untuk masalah Palestina berdasarkan Inisiatif Perdamaian Arabnya.
Berdasarkan proposal tersebut, negara-negara Arab telah menawarkan hubungan yang dinormalisasi kepada Israel dengan imbalan kesepakatan kenegaraan dengan Palestina dan penarikan penuh Israel dari wilayah yang direbut dalam perang Timur Tengah 1967.
Tajir Gara-gara Konser Selalu Sold Out, Taylor Swift Tolak Rp 144 Miliar Tampil di Uni Emirat Arab
Tajir Gara-gara Konser Selalu Sold Out, Taylor Swift Tolak Rp 144 Miliar Tampil di Uni Emirat Arab
UEA Berencana Pertahankan Hubungan dengan Israel Meski Diprotes Gaza
Arab Saudi, tempat kelahiran Islam dan situs tempat suci paling suci, tidak mengakui Israel. Namun, bulan ini kerajaan mengatakan mengizinkan penerbangan antara UEA dan Israel, termasuk dengan pesawat Israel, untuk menggunakan wilayah udaranya.
Masalah Palestina
Penasihat Senior Gedung Putih dan juga menantu Trump, Jared Kushner berharap negara Arab yang lain menormalkan hubungan dengan Israel dalam beberapa bulan.
Tidak ada negara Arab lain yang mengatakan sejauh ini mempertimbangkan untuk mengikuti UEA. Mesir dan Yordania menormalisasi hubungan beberapa dekade lalu.
Putra Raja Salman, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dan Kushner membahas perlunya Palestina dan Israel untuk melanjutkan negosiasi dan mencapai perdamaian abadi setelah Kushner mengunjungi UEA bulan lalu.
Kesepakatan UEA-Israel disambut oleh oposisi yang luar biasa di antara warga Palestina yang telah mengutuk langkah tersebut sebagai tikaman dari belakang yang dilakukan negara Arab. (Aljazera)