Kementan Ajak Tujuh Rektor Perkuat Sistem Perkarantinaan

Jum'at, 28/08/2020 20:20 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak tujuh rektor dari Perguruan Tinggi di Wilayah Timur tanah air untuk memperkuat sistem perkarantinaan pertanian.

Ajakan itu disampaila saat menyaksikan penandatangan kerjasama Badan Karantina Pertanian (Barantan) dengan perguruan tinggi tersebut secara virtual di Agriculture War Room, Jakarta, Jumat (28/8).

"Bioterorism ancaman yang patut diwaspadai, kemudian biosensing dan biosecurity adalah kebutuhan diberbagai aspek kehidupan. Tumbuhan, hewan dan produknya yang masuk apalagi dengan impor-impor yang ada," ujar Syahrul.

"Dan, memang kehidupan ini penuh dengan dinamika dan timbal balik. Untuk itu biosecurity kita harus aman, kalau tidak, ini berbahaya," sambungnya.

Menurutnya, pesatnya perkembangan saat ini, membuat Barantan tidak lagi hanya menjaga sumber daya alam hayati dari hama penyakit hewan dan tumbuhan. Kini, potensinya meningkat akibat arus lalu lintas manusia dan media pembawa baik hewan dan tumbuhan yang juga terus meningkat.

Dan ini, lanjut Syahrul  tidak bisa dilakukan dengan cara yang biasa-biasa, harus ada terobosan, harus ada inovasi. Untuk inilah, kerja sama dengan dunia pendidikan baik nasional maupun internasional sangat dibutuhkan.

"Inovasi biosensor untuk mendeteksi cepat hama penyakit hewan dan tumbuhan sangat dibutuhkan, karena dengan lalu lintas yang tinggi, pemeriksaan juga harus akurat, jika tidak maka hama penyakit bisa masuk dan mengancam sumber daya alam hayati kita," ujar Syahrul.

Rektor Universitas Hasanuddin, Dwia Aries Tina Pulubuhu yang hadir sebagai salah satu dari tujuh perguruan tinggi menyampaikan kesediaannya untuk turut mendukung harapan Mentan terkait pengembangan inovasi dibidang biosensor.

"Kami siap berkolaborasi Pak Menteri baik dengan Barantan dan Balitbangtan, terlebih diwilayah timur ini kaya akan sumber daya alam hayati yang harus dilindungi," ujarnya.

Sementara, Rektor Universitas Papua, Meky Sagrim, menyebutkan saat ini petani diwilayahnya sangat menbutuhkan bantuan akibat serangan hama pada tanaman Kakao.

"Beberapa tahun lalu kami bisa ekspor, sekarang tidak lagi karena hama. Untuk itu kerjasama dengan Barantan ini sangat kami apresiasi, semoga petani di Papua dapat segera kembali bersemangat bertanam Papua dan bisa ekspor lagi," katanya.

Selain dua perguruan tinggi tersebut, berikut lima perguruan tinggi yangbmenandatangi nota kesepahaman yakni Universitas Cendrawasih, Universitas Gorontalo, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Alhaairat dan Universitas Tadulako.

Implementasi Kerjasama untuk Pertanian Modern

Kepala Barantan, Ali Jamil yang didampingi Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Juanedi sesaat setelah melakukan penandatanganan kerjasama ini menyampaikan bahwa implementasi kerjasama juga berupa penguatan laboratorium dan peningkatan kompetensi SDM dikedua belah pihak.

Lebih lanjut Jamil menyebutkan pelaksanaan tindakan karantina dalam kegiatan ekspor dan impor perlu didukung dan didasari oleh justifikasi ilmiah yang bersumber dari lembaga-lembaga riset diantaranya perguruan tinggi

Penguatan justifikasii ilmiah juga digunakan untuk pelaksanaan perkarantinaan dalam rangka perlindungan sumber daya alam hayati seperti IAS (Invasive Alien Species) dan SDG (Sumber Daya Genetik).

“Era sekarang ini kebijakan tarif tidak lagi populer sehingga kebijakan teknis sanitari dan fitosanitari menjadi penentu dalam ekspor produk pertanian. Untuk itu Barantan yang bertugas menjamin pemenuhan persyaratan SPS negara tujuan ini berperan sangat strategis,” tutup Jamil.

TERKINI
Unggah Foto Dirinya Menangis, Instagram Justin Bieber Diserbu Penggemar Gara-gara Masalah Pita Suara, Jon Bon Jovi Anggap Shania Twain Adiknya Reaksi Taylor Swift saat The Tortured Poets Department Tembus 2,6 Juta Unit dalam Seminggu Disindir di Album TTPD Taylor Swift, Bagaimana Kabar Joe Alwyn Sekarang?