PBB Berjuang Sediakan Bantuan Makanan dan Medis untuk Beirut

Sabtu, 08/08/2020 08:01 WIB

New York, Jurnas.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, pihaknya segera berusaha untuk mendapatkan makanan, bantuan dan peralatan medis ke Beirut setelah ledakan dahsyat yang menghancurkan pelabuhan ibu kota Lebanon itu.

Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan bahwa ketika Lebanon mengimpor 85% makanannya yang rusak secara ekonomi, alirannya bisa rusak parah.

"WFP prihatin bahwa ledakan dan kerusakan pelabuhan akan memperburuk situasi keamanan pangan yang sudah suram," kata juru bicara WFP, Elisabeth Byrs.

"Kerusakan parah di pelabuhan terbesar Lebanon dapat membatasi aliran pasokan makanan ke negara itu dan mendorong harga pangan di luar jangkauan banyak orang," tambahnya.

Byrs mengatakan, WFP akan mengalokasikan 5.000 paket makanan untuk keluarga yang terkena dampak, yang berisi cukup makanan untuk memberi makan satu keluarga yang terdiri dari lima orang selama sebulan.

WFP juga berencana mengimpor tepung terigu dan biji-bijian untuk toko roti dan pabrik untuk membantu melindungi dari kekurangan makanan.

Sementara itu, WHO mengatakan rumah sakit kewalahan. Pasalnya, tiga rumah sakit sekarang dianggap tidak berfungsi, membuat 400 tempat tidur tidak dapat digunakan, dan dua rumah sakit lainnya rusak sebagian, membuat 100 tempat tidur lagi tidak dapat digunakan.

WHO meminta bantuan seniali USD15 juta (12,7 juta euro) untuk menutupi trauma darurat darurat dan kebutuhan kesehatan kemanusiaan. Badan itu mengatakan, ratusan ribu item APD untuk respons virus korona negara itu musnah.

Badan anak-anak PBB, UNICEF mengatakan, angka awal menunjukkan bahwa hingga 100.000 rumah anak-anak telah rusak atau hancur dan mereka sekarang mengungsi.

"Kami memiliki laporan awal lebih dari 120 sekolah negeri dan swasta yang mengalami kerusakan," melayani sekitar 55.000 anak, kata juru bicara UNICEF Marixie Mercado.

Badan tersebut telah meluncurkan permohonan pendanaan untuk awal USD8,25 juta. "Kebutuhannya segera dan sangat besar," kata Mercado.

Kantor hak asasi manusia PBB, OHCHR menyerukan penyelidikan yang tidak memihak, mengatakan tragedi itu harus menjadi titik balik bagi sebuah negara yang cepat lepas kendali.

"Dengan sebagian besar kota yang tidak layak untuk ditinggali, pelabuhan utama negara itu semuanya hancur dan sistem kesehatan berlutut, situasinya mengerikan," kata juru bicara Rupert Colville.

"Seruan para korban untuk pertanggungjawaban harus didengarkan, termasuk melalui penyelidikan yang tidak memihak, independen, menyeluruh dan transparan terhadap ledakan tersebut."

TERKINI
Anak Buah Arne Slot Bakal Menyusul Gabung Liverpool Unggah Foto Dirinya Menangis, Instagram Justin Bieber Diserbu Penggemar Mitsubishi Fuso Dukung Jambore Canter Mania di Jambi Gara-gara Masalah Pita Suara, Jon Bon Jovi Anggap Shania Twain Adiknya