Rabu, 05/08/2020 07:29 WIB
Washington, Jurnas.com - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menduga ledakan besar yang terjadi di pelabuhan ibu kota Beirut, Lebanon, adalah sebuah serangan.
Sebelumnya, para pemimpin Lebanon mengatakan, ledakan itu kemungkinan disebabkan oleh bahan peledak tinggi yang telah disimpan di gudang-gudang di ibukota selama bertahun-tahun.
"AS siap membantu Lebanon," kata Trump pada pertemuan singkat Gedung Putih mengenai ledakan yang menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai ribuan lainnya pada Selasa waktu setempat (4/8).
Trump mengatakan telah bertemu dengan beberapa jenderal AS yang merasa ledakan itu bukan semacam jenis ledakan manufaktur. Sebaliknya, menurut para jenderal yang tidak disebutkan namanya meyakini ledakan itu adalah serangan.
Hakim Ingatkan Trump soal Ancaman Penjara karena Langgar Perintah Pembungkaman
Kasus Subversi Pemilu Trump Terhenti, Permasalahan Hukum Sekutunya Meningkat
Trump Habiskan Banyak Uang untuk Biaya Hukum; Biden Pimpin Penggalangan Dana
"Semacam bom atau lainnya," ujar Trump.
Presiden Libanon Michel Aoun mengatakan bahwa 2.750 ton amonium nitrat telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan tanpa langkah-langkah keamanan dan mengatakan itu tidak dapat diterima.
Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara itu akan ada pertanggungjawaban atas ledakan mematikan di gudang berbahaya.
Hingga berita ini diturunkan korban tewas akibat ledakan tersebut dilaporkan mencapai lebih dari 78 orang. Selain itu, lebih dari 3.000 orang lainnya terluka. (Reuters)