Senin, 19/09/2016 17:58 WIB
Jakarta - Idealnya pasangan calon yang menjadi peserta pemilihan gubernur (pilgub) DKI 2017 adalah dua pasang. Jika pelaksanaan pilgub hanya berlangsung satu putaran maka energi yang dicurahkan untuk pilgub tidak berlangsung panjang dan melebar ke mana-mana.
Demikian kata jurnas.com/tags/pengamat politik/" style="text-decoration:none;color:red;">pengamat politik yang juga Direktur Lembaga Survei Konsep Indonesia (Konsepindo Research & Consulting), Veri Muhlis Arifuzzaman kepada jurnas.com, saat dimintai komentar di kantornya, Senin (19/9).
Secara teoritis, jelas Veri, berbagai hasil survei sudah menunjukkan, Ahok mempunyai strong supporter di kisaran 27% sampai dengan maksimal 40%.
"Itu artinya jika pun peserta pilgub akan tiga pasang, sangat mungkin dua putaran. Ini karena tidak akan ada calon yang memperoleh suara di atas 50% plus," ujarnya.
Ketua DPR Harap Sektor Perdagangan Tetap Jadi Penggerak Kesejahteraan Masyarakat
Wujudkan Ketahanan Pangan, Kementan Dorong Peningkatan Produksi Padi Kaltara
DPR Anggap Wacana Kewarganegaraan Ganda Diaspora Angin Segar
Veri berharap partai politik (parpol) dapat mencari lawan sepadan buat Ahok agar pilgub DKI bisa berlangsung seru dan berkualitas.
"Jangan sampai ada calon seolah-olah lawan tanding padahal boneka," demikian ujarnya.
Dari berbagai nama yang beredar, Veri menilai Yusril atau Rizal Ramli layak melawan Ahok. Sementara Sandi akan sangat memberi kekuatan luar biasa jika menjadi wakil bagi salah satunya.
Menurut Veri, Sandiaga mungkin satu-satunya bakal calon yang bergerak cukup sistematis. Dia adalah calon yang memiliki cukup iklan di televisi, radio dan lain-lain. Hanya saja menurut analisa Veri, elektabilitasnya lambat naik.
"Jika Sandi jadi wakil, itu kalau dipadukan dengan pasangannya pasti akan melesat. Tapi kalau Sandi tetap calon gubernur, saya melihatnya tak akan terlalu berubah, jadi penggembira saja, akhirnya menyemarakkan," demikian jelas Veri.[]