Senin, 29/06/2020 14:43 WIB
Beirut, Jurnas.com - Presiden Lebanon, Michel Aoun mengecam campur tangan `langsung` Amerika Serikat (AS) dalam urusan internal Lebanon. Hal itu disampaikan setelah Duta Besar AS untuk Beirut, Dorothy Shea mengomentari Hizbullah.
"AS secara langsung mencampuri urusan dalam negeri Lebanon; dan ini tidak bisa diterima," kata Aoun dalam wawancara eksklusif dengan jaringan berita televisi berbahasa Arab al-Mayadeen yang berbasis di Beirut, Minggu (28/6).
Ia memperingatkan utusan AS yang membuat pernyataan pedas terhadap gerakan perlawanan Lebanon Hizbullah, menekankan bahwa kelompok itu mewakili masyarakat Lebanon dan menikmati popularitas di antara orang-orang.
Sebelumnya pada hari itu, Menteri Luar Negeri Lebanon, Nassif Hitti memanggil Shea atas kritik anti-Hezbollah.
Penduduk Israel Utara Bersiap Hadapi Kemungkinan Perang Habis-habisan dengan Hizbullah
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Al-Mayadeen melaporkan, Hitti akan bertemu dengan Dorothy Shea pada pukul 3:00 malam waktu setempat (1200 GMT) pada Senin untuk memberitahunya, di bawah Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik 1961, duta besar tidak boleh ikut campur urusan dalam negeri negara lain.
Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik adalah perjanjian internasional yang menetapkan kerangka kerja untuk hubungan diplomatik antar negara.
Sebelumnya, Hakim Lebanon, Mohamad Mazeh di kota Tirus selatan melarang media lokal dan asing mewawancarai Duta Besar AS selama setahun, setelah Shea mengatakan kepada jaringan berita televisi al-Hadath, Washington memiliki keprihatinan besar atas peran Hizbullah dalam pemerintahan.
Popularitas Hizbullah yang berkembang di dunia Arab dan Muslim setelah gerakan perlawanan menghancurkan mitos militer Israel yang tak terkalahkan selama 33 hari ofensif militer di Libanon pada musim panas 2006 menjadi masalah serius bagi rezim Tel Aviv dan sekutunya di Barat..
Pertahanan heroik gerakan perlawanan serta oposisi kerasnya terhadap intervensi asing dalam urusan dalam negeri Lebanon telah mengubah kelompok itu menjadi pemangku kepentingan utama dalam domain politik dan militer negara itu. (Press TV)