Kemdikbud Nilai Kecemasan Sebabkan Guru Sulit Adaptasi Teknologi

Kamis, 18/06/2020 07:28 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Iwan Syahril menilai guru-guru di Indonesia bukan tidak mampu mengadaptasi penggunaan teknologi dalam pendidikan. Hanya saja, faktor kecemasan masih menjadi bantu ganjalan.

"Guru-guru kita mampu tapi cemas. Karena sedang ada Covid-19 akhirnya mereka mencoba. Nah mencoba ini tentu seperti pelajar pemula. Tidak langsung hebat, perlu ada waktu," kata Iwan dalam kegiatan `Bincang Sore` beberapa waktu lalu.

Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 memaksa pemerintah menutup seluruh sekolah guna menekan penyebaran dan penularan. Dampaknya, semua siswa dan guru melakoni kegiatan pembelajaran dari rumah melalui platform daring.

Meski sempat dikeluhkan karena masalah koneksi internet dan infrastruktur yang tidak merata di Indonesia, Iwan menyebut ini justru merupakan kesempatan bagi guru untuk berkolaborasi dan bereksperimentasi dengan metode pembelajaran.

Apalagi, dengan tuntutan yang kini berubah membebaskan guru untuk tidak menuntaskan kurikulum, menurut Dirjen Iwan menjadi ruang terbuka untuk melakukan sejumlah percobaan.

"Terbuka ruang dari yang tadinya mungkin betul-betul mengikat, susah, takut kalau tidak tuntas. Kalau sekarang oke, bagaimana kita kolaborasi. Ini kesempatan bagi guru untuk belajar berinovasi. Sedangkan yang muda bisa berakselerasi," terang dia.

Salah satu bentuk eksperimentasi yang sukses, lanjut Iwan, adalah pengalaman salah satu guru seni di SMP Batu, Malang, yang berhasil membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang kebencanaan.

Karena dipandang sebagai salah satu bentuk praktik baik, RPP guru tersebut sudah diunduh sebanyak 2.000 kali di laman guru berbagi milik Kemdikbud.

"Dari awal ketika awal pandemi, dia (guru, Red) membuat RPP sesuai edaran Mendikbud tentang tema kebencanaan. Jadi dibikinlah tugas poster kebencanaan tapi dilakukan dengan metode ilmiah kurikulum 2013, risiko bencana dan dampak pandemi. Lalu mereka mencari referensi di Google, literatur, dan perpusatakaan, dan membuat pembelajaran berkelompok. Kemudian hasilnya diprestentasikan dan dipublikasikan ke media sosial," papar Iwan.

TERKINI
Sweater `Buluk`Kim Kardashian Dianggap tak Matching dengan Gaun Glamor Met Gala 2024 Protes Perang Israel di Gaza, Bendera Palestina Berkibar di Kampus-kampus Spanyol Sibuk Bantu Banjir di Brasil, Gisele Bundchen Absen di Met Gala 2024 Victoria Beckham Rancang Gaun Renda Phoebe Dynevor di Met Gala 2024