China Kurang Transparan Soal Proyek Jalur Sutra

Kamis, 16/01/2020 13:30 WIB

Beijing, Jurnas.com - China dinilai kurang informatif dan transparan dalam menggarap proyek Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI). BRI juga menghadapi kritik karena membanjiri negara-negara miskin dengan hutang.

Hal inilah, menurut laporan Kamar Dagang Uni Eropa di China, pada Kamis (16/1) sebagai penyebab kurangnya minat dari perusahaan Eropa, untuk terlibat dalam proyek tersebut.

Dikutip dari CNA, hanya 20 dari 132 perusahaan yang disurvei mengatakan mereka memiliki tawaran untuk proyek-proyek yang terkait dengan BRI, jaringan global besar pelabuhan, kereta api, jalan dan taman industri yang mencakup Asia, Afrika, Timur Tengah dan Eropa.

Kurangnya informasi mengenai kesepakatan dan sistem pengadaan yang tidak transparan, menjadi hambatan terbesar yang diidentifikasi oleh perusahaan-perusahaan Eropa dalam survei tersebut.

Dari sejumlah perusahaan yang mengajukan penawaran untuk berpartisipasi dalam proyek BRI, hanya 10 persen yang mengetahui proyek tersebut melalui informasi yang tersedia untuk umum.

"Sebagian besar diinformasikan oleh perusahaan mitra atau oleh pemerintah China, yang berarti bahwa mereka pada dasarnya dipilih sendiri untuk berpartisipasi," kata Kamar Uni Eropa dalam laporan itu.

Presiden Kamar Dagang Uni Eropa untuk China, Joerg Wuttke mengatakan survei menunjukkan bahwa untuk bisnis, keuntungan BRI "sangat tidak signifikan", dengan perusahaan-perusahaan Eropa cenderung hanya mengisi peran niche.

Lebih dari setengah perusahaan yang memenangkan penawaran mengatakan itu karena mereka memiliki barang atau jasa yang tidak bisa disediakan oleh perusahaan China, dan industri yang paling terwakili secara keseluruhan adalah jasa keuangan, mesin, dan logistik atau transportasi.

Laporan itu juga mencatat bahwa perusahaan-perusahaan China sering menyediakan segalanya untuk sebuah proyek, mulai dari material hingga jasa konstruksi dan pembiayaan.

Pendekatan semacam itu dapat memungkinkan proyek diselesaikan dengan cepat tetapi "sangat membingungkan" bagi komunitas bisnis Eropa, karena menghilangkan persaingan.

Kurangnya transparansi dan mekanisme pengadaan yang adil juga berkontribusi terhadap rendahnya tingkat partisipasi dari bank pembangunan, seperti Bank Dunia dan Bank Investasi Infrastruktur Asia, yang memiliki kriteria ketat untuk investasi.

Karena itu, Kamar Dagang Uni Eropa mendesak China untuk mengambil sistem pengadaan yang terbuka dan transparan untuk proyek-proyek terkait BRI, serta melakukan studi kelayakan dan dampak lingkungan sesuai dengan standar internasional.

TERKINI
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya di Kasus Narkoba CERI Laporkan Aspidum Kejati Jawa Timur ke Jaksa Agung Atas Dugaan Ini Gelora Cap PKS sebagai Pengadu Domba: Tolak Gabung Koalisi Prabowo-Gibran Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa